JARILANGIT.COM - Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto bertemu dan melakukan dialog dengan Ustadz Abdul Somad (UAS) pada Kamis (11/4/2019) sore.
Hal itu tampak dalam tayangan eksklusif tvOne yang diunggah di YouTube.
Dialog tersebut membahas banyak hal, dari tabligh akbar hingga pesan Ustadz Abdul Somad ke Prabowo Subianto.
Berikut pernyataan lengkap pertemuan Ustadz Abdul Somad dengan Prabowo Subianto:
Prabowo: Terima kasih Ustadz, bisa jumpa dengan saya, saya mengikuti Ustadz sudah banyak keliling Indonesia, apa yang Ustadz lihat selama keliling Indonesia akhir-akhir ini.
Ustadz Abdul Somad: Saya susah kadang mengawali ceramah itu, 'mari kita dengar tausiyah dari Al Mukarom Ustadz Abdul Somad', begitu saya naik ke atas, semua orang (mengangkat dua jari) 'Ustadz' (teriak jamaah).
Saya bilang kalian kan punya jari sepuluh? Kenapa yang diangkat cuma dua.
Itu saya ucapkan untuk menetralisir karena kan ini kan ada Panwaslu, Bawaslu. Saya tidak ingin tabligh akbar itu menjadi politik.
Sampai protokol bilang, 'jamaah tolong jangan acungkan jari'.
Dimana-mana, Bapak bisa lihat. Nanti ketika saya 'mari kita sholawat' karenakan untuk merubah situasi.
'Shalallahu ala Muhammad' (angkat dua jari) begini lagi (jamaah), astaghfirullah.
Dari mulai Aceh sampai Pulau Madura, sampai ke Sorong. Ini saya lihat ini umat, berharap besar kepada Pak Prabowo, itu yang saya lihat.
Ini ada keranjang amanah, Ijtima Ulama mengamanahkan ini dari Allah melalui firasat ijtihad ulama.
Jadi ada dua dukungan, ulama dan umat, mereka berikan.
Dalam keranjang ini ada pisau, ada bunga, ada buah, ada pena, maka dua pesan Allah, amanat, Bapak (Prabowo) letakkan amanah ini.
Yang pisau Bapak beri ke anak muda karena mereka akan pergi ke hutan berburu.
Yang buah, Bapak berikan kepada anak-anak supaya mereka makan buah supaya fresh.
Yang bunga, Bapak berikan kepada anak gadis supaya bisa beri mereka kepada suaminya yang sudah menikah.
Sedangkan pena, Bapak berikan kepada ulama agar mereka menulis.
Jangan Bapak berikan pisau kepada anak kecil karena dia akan melukai. Letakkan amanah ini.
Yang kedua. Begini, ulama, ijtima berkumpul dan umat menyambut, ini amanah sedang ada di pundak Bapak.
Jangan Bapak terlalu beri besar, Bapak lihatlah dengan keadilan
Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah nanti, hari itu tidak ada naungan kecuali naungan Allah, hancur dunia ini.
Yang pertama mendapatkan naungan itu adalah pemimpin yang adil.
Mudah-mudahan Bapak termasuk pemimpin yang adil.
Prabowo: Amin (sambil menegadahkan tangan). Jadi saran Ustadz apa yang harus saya lakukan?
Ustadz Abdul Somad: Buah durian kalau hanya sekedar berputik, orang cuek Pak.
Tetapi kalau sudah berbuah harum dan ranum, ada orang akan melempar, monyet akan naik, sekarang buahnya sedang harum, maka Bapak tabah, kuat, serahkan kepada Allah.
Ini Jihad yang paling besar, jihad menjadi pemimpin.
Sampai-sampai kata Imam Ahmad bin Hambal mengatakan:
"Seandainya doa kami makbul, dan doa itu cuma satu, mintalah pemimpin yang adil".
Prabowo: Itu doa dari?
Ustadz Abdul Somad: Imam Ahmad bin Hambal atau Imam Hambali.
"Seandainya doa kami makbul, dan doa itu hanya satu, mintalah pemimpin yang adil".
Berikan kami Republik Indonesia Pemimpin yang Adil. Kalau Bapak adil, seluruh negeri ini akan mendapatkan keadilan Bapak.
Prabowo: InsyaAllah... Mungkin adalagi pesan-pesan atau harapan-harapan dari Ustadz dalam perjuangan kita?
Ustadz Abdul Somad: Saya kan dulu selalu mengatakan, saya ikut Ijtima' ulama.
Setelah ulama berijtima' dan berkumpul, pilihan jatuh kepada Bapak.
Kemudian keliling-keliling kemana-mana, umat: "Prabowo, Prabowo, PS, PS".
Tapi saya masih tetap. Kadang mata kita kan tertipu, ketika pergi ke tepi sungai, kita lihat ada tongkat, bengkok kan, tapi ketika kita tarik ternyata lurus.
Mata menipu, saya khawatir jangan-jangan saya tertipu dengan Pak Prabowo, oleh sebab itu saya cari ulama yang tidak mashyur, tidak populer
Ulama yang tidak dikenal orang, tapi mata bathinnya bersih, Allah bukakan hijab kepada dia, ini ulama yang tidak perlu materi.
Mungkin Bapak tidak kenal mereka, dan saya tidak pernah tanya kepada mereka kira-kira saya pilih yang mana, enggak.
Saya biarkan dia baca hati saya, ngerti enggak dia, ketika datang saya dekatkan telinga kepada dia, dia bilang 'Saya mimpi lima kali ketemu dia, saya tanya dia, siapa? Prabowo'.
Kalau mimpi satu kali bisa jadi setan, lima kali dia mimpi dia lihat Bapak. Signal dari Allah.
Saya jalan lagi. Saya cari lagi. Ketika salaman, dekat telinga saya, dia bisikan 'Prabowo'. Itu dia sebut. Ulama-ulama yang tak dikenal, karena hebatnya di masyarakat. Bukan viral seperti saya.
Saya datang di satu tempat. Ini unik aneh, dia tidak mau makan nasi kalau berasnya dibeli di pasar.
Berasnya ditanam sendiri, karena beli di pasar riba.
Dia hanya mau minum kalau sumurnya digali sendiri. Dan tidak mau menerima tamu perempuan. Pernah menteri datang dia usir.
Saya khawatir, begitu datang ke sana, ‘Shomad! niatmu tidak baik. Pulang!'. Malu Ustadz, tapi saya tetap nekat datang
Biasanya tamu datang ke sana ketemu paling dua tiga menit, minta doa sudah.
Setengah jam, 30 menit dia bicara empat mata dengan saya. Di akhir pertemuan pas mau pulang dia bilang, 'Prabowo'.
Jadi saya berpikir lama, ini kalau saya diamkan sampai Pilpres, kenapa mereka cerita ke saya?
Tiap malam saya berpikir kenapa mereka cerita ke saya. Berarti saya harus sampaikan.
Kalau tidak ini akan jadi seumur hidup dalam penyesalan.
Setelah ketemu ini, selesai, kuserahkan semuanya pada Allah. Apa yang terjadi pada saya kuserahkan pada Engkau, ya Allah yang penting sudah saya sampaikan. Plong. Malam ini saya bisa tidur lelap.
Kalau Bapak duduk jadi presiden, terkait dengan saya pribadi, dua saja.
Pertama, jangan Bapak undang saya ke istana. Biarkan saya berdakwah masuk ke dalam hutan. Karena memang saya dari awal di sana. Saya orang kampung, saya masuk hutan ke hutan.
Yang kedua, jangan Bapak beri saya jabatan. Apapun.
Saya di antara 40 cucu kakek saya, saya hanya sekolah agama untuk mendidik umat. Makanya tak pernah sekolah umum.
Biarkanlah saya terbang sejauh mata memandang, ceramah.
Setelah bapak jadi nanti, biarkanlah ulama-ulama yang dekat-dekat di Jakarta ini, bapak dengarkan cakap ulama
Maka ini anugerah besar tapi juga ujian besar.
Saya berharap Allah menolong bapak dalam setiap langkah.
Saya kalau ketemu kasih orang hadiah, supaya dia ingat dan berkasih sayang.
Saya tidak kaya, tidak ada duit saya untuk kasih apa-apa ke Bapak, saya kasih dua saja ke Bapak.
Saya kasih dua saja, pertama minyak wangi kayu gaharu. Simbolnya supaya Bapak menebarkan keharuman di negeri ini.
Yang kedua tasbih, Uwd (gaharu) untuk orang lain Bapak harum semerbak.
Tasbih tidak bisa hati bapak kosong, harus banyak berzikir.
Tasbih kesayangan saya. Batu natural stone dari Persia. Paling saya sayangi. Saya beli ini di Madinah.
Bapak enggak perlu pegang ini depan orang banyak, nanti disangka orang pencitraan. Bapak cukup tahajud malam, bapak berzikir. La ila ha ilallah.
Dengan la ilaha illallah kita hidup, dengan la ilaha illallah kita mati, dengan la ilaha illallah kita berjumpa bersama Rasulullah SAW.
Apa yang terjadi setelah ini kita serahkan kepada Allah SWT. Sukses selalu Pak.