JARILANGIT.COM - Menyaksikan mentari terbit dari puncak gunung merupakan satu kemewahan yang tak semua orang bisa menikmatinya. Rute yang ekstrim, cuaca yang tak menentu, perjalanan yang berat, serta jauhnya jarak yang harus ditempuh dengan berjalan kaki menjadi penghalang utama bagi sebagian orang.
Jogja di pagi hari tampak lengang, tak banyak kendaraan berlalu-lalang. Saat matahari masih bersinar malu-malu dan sebagian orang lebih memilih bergelung di dalam selimut, beberapa anak muda terlihat bersemangat mengayuh sepeda di jalanan perbukitan Dlingo yang naik turun dan mengular.
Hutan Pinus Mangunan, begitulah bagian dari hutan di kawasan RPH (Resort Pengelolaan Hutan) Mangunan yang ditumbuhi tanaman Pinus merkusi.
Sebelum menjadi salah satu destinasi wisata, hutan di kawasan Mangunan adalah sebuah tanah tandus yang kemudian direboisasi. Tak hanya pinus, jenis pohon lain seperti mahoni, akasia, kemiri dan kayu putih juga ditanam di lahan yang luasnya kurang lebih 500 Ha ini.
Kini kawasan Mangunan, terutama bagian yang ditanami pohon pinus tak hanya berfungsi sebagai hutan lindung namun juga dikelola sebagai salah satu tujuan wisata.
Berbagai fasilitas wisata seperti gardu pandang, panggung pertunjukan yang menyatu dengan alam, kamar mandi umum, mushola dan warung-warung sederhana pun telah di bangun di kawasan wisata ini.
Tak hanya suasana hutan nan asri yang menarik perhatian banyak wisatawan, keberadaan sumber mata air Bengkung yang dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai lokasi pertapaan Sultan Agung Hanyakrakusuma pun menarik para peziarah untuk datang berkunjung.
Ketika kami menjejakkan kaki di tanah yang sebagian besar tertutup daun pinus kering bak permadani, sinar matahari semakin menanjak tinggi dan terlihat mulai mengintip dari sela-sela batang pinus. Sinarnya yang menghangatkan mau tak mau mengusir dingin yang menemani semenjak kami datang.
Celotehan segerombolan remaja yang diselingi dengan tawa mulai mengisi keheningan yang tadinya hanya berisi suara gesekan dedaunan. Tak perlu waktu lama, beberapa dari mereka mulai asyik berpose dan mengabadikan gaya menggunakan kamera.
Beratraksi di atas batang-batang pinus yang telah bertransformasi menjadi bangku-bangu sederhana atau duduk di ayunan dengan pose manja.
Suasana hutan pinus yang seperti hutan di Forks atau kota-kota kecil lain di Evergreen State dalam sebuah film Hollywood menjadi daya tarik tersendiri bagi para pencinta fotografi dan penggila selfie.
Tak heran hutan pinus ini sering didatangi untuk keperluan fotografi termasuk pre-wedding. Selain view deretan pohon pinus yang mempercantik background foto, ada filosofi menarik tentang pohon pinus sebagai lambang cinta orang Korea.
Menurut mereka, pohon pinus yang berbatang tegak lurus adalah simbol cinta yang lurus dan tidak bercabang. Sedangkan daun pinus yang selalu hijau diibaratkan sebagai cinta yang tak pernah berakhir, Everlasting love.