Entah, apakah ungkapan 'Rest In Curious' tepat untuk mewakili arwah Abu Janda yang mati penasaran pasca dibunuh Facebook. Idealnya, arwah yang meninggal dengan amalan khusnul khatimah akan tenang menjemput ajal.
Tapi, arwah penebar hoax, fitnah, kebencian, adu domba dan pecah belah tentu tidak akan tenang menjemput kematian. Apalagi kematian yang dipaksakan, ya Abu Janda 'dibunuh' otoritas Facebook, karena terkait sarachen.
Abu Janda ngamuk, berkoar kesana kemari, bahkan menuntut Facebook 1 triliun untuk lapaknya yang diambil alih Facebook. Urusan harga diri, kehormatan, bahkan uang dianggap menjadi sebab tuntutan. Abu Janda merasa dirugikan.
Aneh juga, buka lapak gratis begitu digusur tuntut 1 triliun. NGIMPI !
Wong tidak diproses pidana saja untung, karena telah banyak menebar hoax, fitnah, kebencian, adu domba dan pecah belah di negeri ini. Polisi juga aneh, sudah jelas disebut terlibat sarachen, sudah jelas banyak aduan soal abu janda, tak terhitung laporan polisi, tapi masih saja diam dan hanya menjadikan kasus ditutupnya lapak abu janda di Facebook sebagai 'petunjuk'.
Saya juga tidak tahu, kenapa para pengikut Abu Janda tidak militan membela Abu Janda dan segarang saat di sosial media. Kedunguan Abu Janda memang tidak mungkin mewariskan sikap keberanian pada pengikutnya.
Abu Janda cuma bisa meraung, tapi tak ada hasil. Teriakan Abu Janda hanya tong kosong bunyi nyaring. Tidak ada isi. Mana mungkin Facebook mau bayar Abu Janda ? Harusnya Facebook yang menuntut Abu Janda yang telah mengobrak abrik standar komunikasi dan konten lapak orang.
Geng Abu Janda, termasuk tetapi tidak terbatas seperti Deny Siregar, Ngiluh Jelantik, sikomo, sinchan, Doraemon, sampai Jaenudin Ngachiro, juga bungkam. Tidak mengeluarkan satupun paragraf pembelaan. Deny sibuk nyeruput kopi yang tinggal ampasnya.
Sementara Ngachiro ? Juga bungkam. Padahal, Ngachiro menyebut sarachen menakutkan. Ketika yang terlibat sarachen Abu Janda, si Jaenudin ngacir, ogah berkomentar.
Aduhai, kasihan sekali Abu Janda. Dia ditinggalkan, bahkan bukan hanya didunia nyata, didunia manapun dia kehilangan, ditinggalkan, sendirian.
Abu Janda telah menemui ajal dengan penasaran, arwahnya bergentayangan. Jika ada yang lapor polisi, menuntut ganti rugi 1 triliun, itu bukan abu Janda. Itu arwahnya yang bergentayangan karena mati penasaran.
Kehidupannya di sosial media telah berakhir. Akunya mati, tragis dan mengenaskan. Saat ini, arwahnya berjuang mencari 'keadilan'. Dikiranya, dia mampu berbuat sesuka hati tanpa ada yang menghalangi.
Baru dipersoalkan Facebook saja kelabakan. Apalagi jika nanti ijroil yang membuat perhitungan ? Ah sudahlah, selamat atas ajal Abu Janda. Semoga Arwahnya yang gentayangan, menemukan kolam kodok agar bisa beradaptasi untuk berinteraksi dengan kaumnya.
Penulis: Nasrudin Joha