Tanggal 17 April adalah cerminan, Anda memiliki kecondongan dan ingin bersama siapa,
Penting untuk melihat, kemana condongnya hati untuk menunjukan keridloan atau kemarahan. Jika Anda, adalah ahli taat tentu Anda ingin bersama dan lebih memilih Ust. Abdul Shomad, Habib Rizq Syihab, Ust Adi Hidayat, Aa Gym, ketimbang berada bersama Yusuf Mansyur, Said Aqil Shiroj, Marsudi Suhud, atau bersama Ma'ruf Amin.
Karena status ulama itu karena ketaatan dan ketakutannya kepada Allah SWT. Ulama yang menghamba pada dunia, ulama yang takut pada penguasa, ulama yang menghalalkan keharaman hanya karena pamrih dunia dan takut pada zalimnya penguasa, tidak layak disebut ulama.
Apalagi, Anda jelas ingin bersama dan lebih memilih Ust. Abdul Shomad, Habib Rizq Syihab, Ust Adi Hidayat dan Aa Gym, ketimbang bersama, berkelindan, berada sekolam bersama Abu Janda, Ade Armando, Fictor laiskodat, atau Busukma. Anda, juga pasti tak ingin bersama gerombolan penista agama dan memilih mendengar dan taat pada fatwa ulama.
Anda, tentu lebih memilih bersama Ust Felix, Arie Untung, Tengku Wisnu, dan sederetan artis yang hijrah, ketimbang terus Jingkrak jingkrak bersama Slank yang habisin duit apel 18 miliar di Jateng. Ya, karena didunia Anda ingin bersama orang yang Anda cintai dan kelak di akherat Anda juga ingin bersama orang yang Anda Kasihi.
Bahkan jika Anda bukan ahli taat dan masih bergelimang maksiat, tentu Anda menginginkan diri Anda dan anak keturunan Anda, memiliki ilmu dan ahlak seperti Ust. Abdul Shomad, Habib Rizq Syihab, Ust Adi Hidayat dan Aa Gym. Dan jelas, tidak mau memiliki anak seperti Abu Janda atau Deny Siregar.
Bilapun Anda belum bisa memiliki ilmu dan amal seperti Ust. Abdul Shomad, Habib Rizq Syihab, Ust Adi Hidayat, Aa Gym, tentu Anda lebih mencintai Ust. Abdul Shomad, Habib Rizq Syihab, Ust Adi Hidayat, Aa Gym, ketimbang kepada Abu Janda atau Deny Siregar.
Dunia ini cerminan akherat, Anda kelak di akherat akan bersama orang yang Anda Kasihi. Jika Anda mencintai abu jahal, Firaun, beramal dan membenarkan amalan Firaun dan abu jahal, niscaya kelak di akherat Anda akan bersama mereka. Sebaliknya, jika Anda mencintai Rasulullah dan para sahabat, beramal dan membenarkan amalan Rasulullah dan para sahabat, InsyaAllah kelak di akherat Anda akan bersama Rasulullah dan para sahabat.
Tanggal 17 April adalah cerminan, Anda memiliki kecondongan dan ingin bersama siapa. Ingin bersama Ust. Abdul Shomad ?Habib Rizq Syihab ? Ust Adi Hidayat ? Bersama Aa Gym ? Tentu harus berada pada pilihan sebagaimana mereka berada.
Anda tentu tidak ingin berada di barisan Abu Janda, Ade Armando, Fictor laiskodat, Ahok atau Busukma. Karena itu, selisihilah apa yang menjadi pilihan mereka.
Jika Anda condong kepada Abu Janda apalagi mencintai Abu Janda, saya doakan agar anak cucu Anda tidak seperti Abu Janda. Cukup Anda saja yang tersesat menjadi pengikut Abu Janda.
Namun tentu saja, saya mendoakan Anda mencintai Rasulullah, beramal sebagaimana Rasulullah, dan mentaati ulama pewaris syariah Rasulullah, dan kelak di akherat di surga bersama Rasullah. Sebelum Anda benar-benar ada di surga, maka beramal-lah mengikuti amalan Rasulullah, dan taatilah fatwa ulama yang menjadi penerus perjuangan Rasulullah SAW.
Bukan hanya Waria, Jokowi juga pro LGBT !
Jokowi kampanye di GBK, arah kamera TV yang menyiarkan live selalu berputar disekitar massa, tidak berani terbang tinggi melalui bantuan drone, untuk menyapu suasana secara keseluruhan. Sebab, jika ini dilakukan khawatir akan membuka aib bahwa kampanye Jokowi di GBK tak terlalu ramai, apalagi seperti sesumbar yang dikabarkan akan dihadiri jutaan hingga Jl. MH Thamrin.
Fokus Camera yang berkelindan di seputar artis yang bernyanyi, massa yang berkumpul, serta sorotan ruang tribun GBK akan menampilkan kesan 'wah' dan gegap gempita. Sementara kita tinggalkan urusan ini, soal peserta kampanye, jelas masa 02 jauh lebih besar, meriah, beradab dan menampakan aura harapan dan perubahan, ketimbang massa kampanye 01.
Penulis hendak fokus pada segmen dukungan yang berhimpun di barisan Jokowi. Salah satu segmen pendukung Jokowi adalah para banci. Bukan banci yang alamiah, sebagai Qadla yang ditetapkan Allah SWT karena adanya alat kelamin ganda. Tapi banci yang menentang syariah, menentang fitrah, mengubah karunia kelakiannya, meniru dan mempersepsikan dirinya sebagai perempuan.
Banci laki-laki melambai, yang ingin menukar jiwa kelakian yang Allah SWT telah karuniakan, menjadi perilaku melambai yang dikira mampu untuk menumbuhkan benih peradaban, untuk melanjutkan keturunan.
Padahal, Rasulullah SAW bersabda :
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki" (HR. Bukhari no. 5885).
Dalam lafazh Musnad Imam Ahmad disebutkan,
لَعَنَ اللَّهُ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
"Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita, begitu pula wanita yang menyerupai laki-laki" (HR. Ahmad no. 3151, 5: 243. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari).
Jelas, Allah SWT melambat para waris, mengharamkan perilaku waria, tetapi Jokowi justru berhimpun berada bersama dukungan 500 waria yang hadir dalam kampanye di GBK. Jokowi, bukannya meluruskan fitrah waria agar kembali pada kelakiannya, menjadi putra bangsa yang akan meneruskan generasi, tetapi malah mengeksploitasi waria untuk dukungan Pilpres.
Bukan hanya waria, Jokowi juga pro LGBT, membiarkan penyimpangan fitrah yang akan merusak masa depan bangsa. Masa depan Indonesia, jelas akan suram jika penduduk negeri ini menyalurkan syahwat tidak sesuai dengan fitrahnya.
Apa mungkin ada putra Indonesia di masa depan yang akan lahir dari rahim waria ? Apa akan ada, para teknokrat, ulama dan negarawan yang lahir dari waria ?
Sebaiknya, para waria ini akan menjadi 'penyakit menular' yang merusak fitrah anak bangsa dengan karakter kelakiannya, menjadi melambai dan kewanita-wanitaan. Ini bahaya sekali !
Karena itu, sebelum mengambil keputusan pada 17 April nanti, perhatikanlah kebijakan, kecenderungan, teman dan orang yang ada di sekeliling calon. Membiarkan maksiat, bahkan berteman dan melindungi perilaku maksiat, jelas akan menjadi sebab masa depan suram bagi bangsa ini.
Penulis : Nasrudin Joha
*Catatan cuplikan berita dari BBC
Jokowi: Polisi harus melindungi kaum LGBT dan minoritas lain
Tak ada diskriminasi terhadap kaum minoritas di Indonesia, dan jika ada yang terancam karena seksualitasnya, polisi harus bertindak melindungi mereka, kata President Joko Widodo kepada BBC dalam wawancara eksklusif di Solo.
Ia mengatakan bahwa Indonesia menghormati hak asasi manusia namun ada ‘norma sosial’ yang juga masih sangat kuat.
"Di Indonesia tidak ada diskriminasi untuk minoritas, baik yang terkait dengan etnis, dengan agama semuanya akan diberikan perlindungan, tapi Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia yang mempunyai norma-norma agama, itulah yang harus orang ingat, dan orang harus tahu mengenai itu, bahwa kita mempunyai norma-norma," katanya. (sumber Berita)