Beberapa lembaga survei dicurigai menjadi bagian tim sukses Jokowi-Ma'ruf. Namun, Rakyat tak mudah dibodohi.
Oleh: Fazwan Janu
Makin terbuka saja borok lembaga survei Pilpres 2019. Data yang dimunculkan ke publik, meleset dari hasil real count. Upaya sistematis menggiring opini publik agar mempercayai kemenangan pasangan petahana Jokowi-Ma'ruf gagal. Mau bukti?
Tengok saja Bengkulu. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menerima 100 persen jumlah suara dari tempat pemungutan suara (TPS) di seluruh wilayah Bengkulu. Bagaimana hasilnya? Prabowo Subianto-Sandiaga Uno unggul tipis atas Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Ya, di Bengkulu Prabowo-Sandiaga meraih 585.521 suara atau 50,12 persen. Raihan ini sedikit berada di atas pasangan Jokowi-Ma'ruf dengan perolehan 582.587 suara atau 49,88 persen. Suara 100 persen mencakup 6.165 TPS yang ada di wilayah tersebut.
Data ini berbeda dengan sejumlah prediksi lembaga survei melalui quick count justru memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf. Lembaga survei Indikator mencatat Jokowi-Ma'ruf meraih 52,61 persen, Prabowo-Sandi 47,39 persen.
Lalu Indo Barometer menyebut Jokowi-Ma'ruf mendapat 51,40 persen dan Prabowo-Sandi 48,60 persen. Sementara Poltracking memperkirakan Jokowi-Ma'ruf akan menang dengan perolehan 58,78 persen dan Prabowo-Sandi sebesar 41,22 persen.
Data real count mematahkan hasil quick count di Bengkulu, terutama Poltracking yang menyatakan Jokowi-Ma'ruf menang dengan selisih cukup tebal yakni 58,78 persen berbanding 41,22 persen. Artinya, ada kesalahan dengan margin yang sangat besar.
Nah, sejak awal pertarungan Pilpres, keberadaan beberapa lembaga survei memang dicurigai menjadi bagian tim sukses Jokowi-Ma'ruf. Mereka ramai-ramai merilis perolehan suara petahana di atas 55 persen. Sementara elektabilitas Prabowo-Sandi, disebut-sebut anjlok.
Namun, upaya tersebut sepertinya gagal. Rakyat tak mudah dibodohi. Kampanye Prabowo-Sandi yang kerap disambut gelombang massa besar jadi patokan. Sementara di sisi lain, pasangan petahana Jokowi-Ma’ruf kerap gagal menghadirkan massa.
Kini setelah pencoblosan, hasil quick count lima lembaga survei memenangkan pasangan Jokowi-Ma’ruf. Jelas sudah, mereka kembali berusaha menggiring opini publik pada kemenangan pasangan petahana. Apalagi lembaga survei yang sejak awal sudah memiliki kedekatan dengan petahana.
Parahnya, KPU sebagai lembaga pengadil Pemilu tampaknya akan menjadikan hasil quick count sebagai rujukan hasil penghitungan suara. Banyak kejanggalan-kejanggalan yang terjadi. Salah satunya, kesalahan input data yang merugikan Prabowo-Sandi.
Maka, langkah terbaik rakyat adalah mengawal betul-betul perolehan suara dan jangan percaya lembaga survei. Bagi KPU, berhentilah berlindung di balik kesalahan input data. Karena meng-input itu artinya ‘memasukkan’, bukan ‘memalsukan’.


COMMENTS