Ketika Muslim Indonesia Khusuk Beribadah di Bulan Ramadhan, Kami di Gaza Dihujani Bom
Ketika Muslim Indonesia Khusuk Beribadah di Bulan Ramadhan, Kami di Gaza Dihujani Bom

Ketika Muslim Indonesia Khusuk Beribadah di Bulan Ramadhan, Kami di Gaza Dihujani Bom

Saya selalu bertanya dalam hati : Berapa lama kami harus hidup dalam bayang-bayang neraka pendudukan Israel ?



Notes From Gaza : When Will Death Stop Falling From Our Skies ? Oleh: Rima Fathi

Ketika itu saya sedang berbaring di rumah kami di Gaza sambil browsing berita, pengeras suara masjid di samping rumah mengumandangkan pemberitahuan dan terdengan oleh saya kata “Qamar,” yang berarti “bulan”

Awalnya saya pikir mereka menyatakan melihat bulan sabit yang menandakan awal bulan Ramadan dan awal puasa hari Senin (6/5). Tiba-tiba saudara lelaki saya berlari masuk, sambil berteriak nyaring, “Buka jendelanya, buka jendelanya.” Saudara lelaki saya yang kedua memanggil para tetangga untuk membuka jendela dan pintu mereka, lalu berkata, “Mereka akan mengebom Burj al-Qamar.”

Burj al-Qamar, Menara Bulan, berjarak 120 meter di sebelah tenggara rumah kami, di dekat Barcelona Garden, di kawasan yang disebut Tal al-Hawa, selatan Kota Gaza. Lusinan orang, termasuk bayi, wanita, dan orang tua tinggal di gedung setinggi 10 lantai tersebut.

Saya melompat dari tempat tidur dan pergi menemui ayah saya di kamarnya. Dalam hati saya, saya tahu bahwa tidak ada yang bisa melindungi kami dari kematian akibat hujan bom dari langit.

Ayah saya berusaha keras meyakinkan saya, kedua saudara lelaki saya, dan ibu saya, berusaha menangkal monster teror dan membuat kami merasa aman. Saya bertanya-tanya bisakah kami tetap aman ketika puluhan pesawat nirawak yang kami sebut “zenana,” helikopter, dan jet F-16 terbang melintasi langit Gaza sepanjang siang dan malam, seperti burung gagak yang mencari mangsa.

Puluhan orang dari lingkungan rumah saya berkumpul di dekat Burj al-Qamar. Seorang perwira dari Pasukan Pendudukan Israel menelepon seorang penduduk, memintanya untuk mengungsi dalam waktu dua menit. Sementara itu, zenana meluncurkan tembakan peringatan, satu demi satu.

Seorang lelaki dari pasukan penyelamat sipil dan layanan darurat turun tangan, mengambil telepon seluler dan meminta waktu lebih lama dari petugas pendudukan tersebut, karena gedung tinggi tidak memiliki lift dan perlu waktu evakuasi lebih lama bagi sejumlah besar bayi dan orang lanjut usia.

Petugas Pasukan Pendudukan Israel meminta agar melakukan evakuasi dengan lebih cepat. Petugas itu meminta untuk memberitahu kerumunan orang segera bubar, agar tak kena serpihan roket.

Ketika petugas sedang berbicara, zenana menembakkan sebuah roket di sebelah gedung tinggi, sehingga orang-orang segera pergi. Seorang lelaki terisak meratapi kucing-kucingnya, yang belum sempat dia bawa dari dalam apartemennya.


Sekitar 40 menit telah berlalu antara tembakan peringatan pertama oleh zenana dan deru mesin F-16. Kemudian, terdengar sebuah ledakan yang menggelegar. Tetangga saya dan saya bersembunyi di balik selimut. Kami merasakan bangunan itu terguncang. Saya mendengar suara runtuhan batu bata berjatuhan di mana-mana. Dari jendela kamar, saya melihat puluhan anak muda dan anak-anak berlari, berteriak dan menangis.

Hati saya pun gundah, mendengar kabar bahwa jet tempur Israel telah mengebom sebuah bangunan di kawasan Sheikh Zayed di utara kamp pengungsi Jabalia, di utara Jalur Gaza. Empat warga Palestina tewas, di antaranya terdapat seorang bayi berusia empat bulan dan seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Sebelumnya, lima orang tewas di Beit Lahia. Kematian tersebut menambah daftar panjang martir menjadi 25 korban jiwa sejak hari Jumat (3/5).

Rumah kami tiada henti terguncang. Saya terus mendengar suara ledakan. Jantung saya berdebar kencang karena ketakutan. Saya selalu bertanya dalam hati : Berapa lama kami harus hidup dalam bayang-bayang neraka pendudukan Israel ? Kapankah pembunuhan akan berhenti ? Kapankah kehancuran akan berakhir ? Kapankah kami bisa mulai hidup dengan merdeka ? Kapankah kematian akan berhenti menghujani kami dari langit ? (haaretz)

 
Pilih sistem komentar sesuai akun anda ▼
Blogger

No comments

» Komentar anda sangat berguna untuk peningkatan mutu artikel
» Terima kasih bagi yang sudah menulis komentar.