Taktik Angkatan Laut Cina Dalam Mengecoh Lawan di Laut China Selatan
Taktik Angkatan Laut Cina Dalam Mengecoh Lawan di Laut China Selatan

Taktik Angkatan Laut Cina Dalam Mengecoh Lawan di Laut China Selatan

Milisi Maritim Cina telah menjadi kunci strategi Cina atas sengketa teritorial di wilayahnya



By Jonathan Manthrope (asiatimes)

Beijing menggunakan kapal-kapal penangkap ikan yang diawaki oleh pelaut terlatih militer dengan jumlah sangat banyak.

Kapal-kapal ini dimodifikasi dan dilengkapai peralatan untuk memata-matai gerak gerik musuh. Statusnya yang ambigu membuat kapal-kapal negara pesaing di Laut China Selatan tidak mau mengganggu. Begitulah taktik Milisi Maritim China.

Permainan cantik unit-unit milisi ini dari sudut pandang Beijing adalah ambiguitas status mereka. Penjaga pantai, angkatan laut, atau unit perlindungan perikanan lainnya tidak mungkin mengetahui secara meyakinkan apakah mereka menghadapi kapal dan awak kapal Cina biasa, atau pasukan acak dari Beijing yang memiliki tujuan militer.

Sebagai perbandingan, itu jauh lebih mudah untuk mengidentifikasi kontingen "Little Green Men" yang dipersenjatai dengan senjata berat tanpa lencana nasional atau resimen yang digunakan Presiden Rusia Vladimir Putin pada tahun 2014 untuk merebut Krimea dan Ukraina bagian timur.

Karena kesulitan dalam mengidentifikasi tentara-nelayan Xi, pasukan keamanan negara-negara pesisir Laut China Selatan seperti Filipina, Vietnam, Taiwan, Malaysia, Brunei dan Indonesia, biasanya menahan diri Jika berhadapan.

Mereka berusaha menghindari penggunaan kekuatan yang dapat menyebabkan cedera atau kematian, yang dengan demikian akan menjadi tuduhan internasional atas pelanggaran hak asasi manusia.

China dan Milisi Maritimnya telah memanfaatkan taktik ini untuk keuntungan mereka selama 40 tahun lebih. Milisi Maritim China telah menjadi kunci strategi China atas sengketa teritorial dan untuk menghindari konfrontasi serius ketika memperluas wilayah di bawah kendalinya.

Pada bulan Mei dan Juni 2011 kapal pukat milisi kembali beraksi, kali ini terhadap kapal-kapal riset yang beroperasi di zona ekonomi eksklusif Vietnam yang sedang mencari cadangan minyak dan gas bawah laut. Kapal-kapal Milisi Maritim China memotong kabel survei yang diulur dari Binh Minh dan Viking 2.

Insiden ini mendorong sebagian besar perusahaan minyak besar untuk membatalkan perjanjian eksplorasi dengan Vietnam.

Tiga tahun kemudian, pada Mei 2014, China mengirim anjungan minyak Hai Yang Shi You 981 ke perairan yang disengketakan di barat daya Kepulauan Paracel dan di dalam zona ekonomi eksklusif di lepas pantai timur Vietnam. Di waktu yang sama, pemerintah Vietnam mengerahkan kapal pukat milisi maritimnya sendiri untuk mencoba mengganggu operasi tersebut.

China merespons dengan kapal pukat milisinya sendiri, dan terjadilah pertempuran laut berintensitas rendah, dengan kedua belah pihak menabrakkan kapal masing-masing dan menggunakan selang air bertenaga tinggi terhadap para awak. Setidaknya enam anggota awak terluka dan satu kapal Vietnam tenggelam setelah ditabrak.

Dengan demikian Milisi Maritim China ini telah berada di garis depan kampanye China selama 30 tahun terakhir untuk merebut kendali atas Laut China Selatan.(asiatimes)

 
Pilih sistem komentar sesuai akun anda ▼
Blogger

No comments

» Komentar anda sangat berguna untuk peningkatan mutu artikel
» Terima kasih bagi yang sudah menulis komentar.