JARILANGIT.COM - Nama Candi Sumber Tetek disematkan karena sumber mata airnya mengucur langsung dari bagian payudara arca berbentuk wanita yang ada di pemandian tersebut.
Krisis air sudah dialami warga Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Ratusan warga di lereng Gunung Penanggungan kini mengandalkan air dari sumber yang ada di situs purbakala Candi Sumber Tetek.
Candi Belahan, atau lebih dikenal dengan Candi Sumber Tetek (payudara dalam bahasa Jawa) merupakan kawasan pemandian atau petirtaan yang terletak di lereng timur Gunung Penanggungan. Nama ¨tetek¨ disematkan karena sumber mata airnya mengucur langsung dari bagian payudara arca berbentuk wanita yang ada di pemandian tersebut.
Candi Sumber Tetek ini dibangun oleh Raja Airlangga pada tahun 1009 Masehi atau pada masa Kerajaan Kahuripan. Letak candi ini berdekatan dengan Petirtaan Jolotundo milik sang ayah, Raja Bali bernama Udhayana. Selain sebagai tempat pertapaan, petirtaan ini juga difungsikan sebagai pemandian bagi selir-selir Raja Airlangga.
Seperti disebutkan sebelumnya, pemandian ini memiliki dua patung wanita yang mengapit sebuah relung di tengah dinding. Konon, kedua patung ini merupakan perwujudan dari permaisuri Raja Airlangga, Dewi Laksmi dan Dewi Sri. Dulunya ada tiga arca di kawasan ini, namun salah satunya telah diamankan di Museum Mojokerto, yaitu arca Dewa Wisnu.
Arca Dewa Wisnu digambarkan sebagai sosok yang menaiki garuda. Sosok ini juga yang dipercayai sebagai perwujudan dari Raja Airlangga.
Candi Sumber Tetek tak hanya berfungsi sebagai pemandian, namun juga sebagai tempat peristirahatan terakhir Raja Airlangga. Dalam sejumlah prasasti disebutkan bahwa Raja Airlangga dimakamkan di sebuah petirtaan, yang mengacu pada Candi Belahan.
Keberadaan dua arca dewi di area Candi Belahan ini konon menggambarkan kesuburan dan kemakmuran. Warga sekitar percaya bahwa air yang mengalir dari arca tersebut mampu membuat siapapun yang mandi di sana bisa awet muda.
Lokasi Candi Belahan berada di sekitar lima kilometer dari Jalan Raya Gempol. Akses jalan menuju candi ini cukup mudah. Jalanan pun sudah lancar, beraspal, dan bisa dilalui kendaraan roda empat. Sepanjang perjalanan, Anda akan dimanjakan dengan pemandangan Gunung Penanggungan dan persawahan hijau. (edt)