JARILANGIT.COM - Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan meminta China untuk meringankan beban sewa atau leasing pesawat milik PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Untuk mendapatkan keringanan tersebut dirinya sudah bertemu dengan perwakilan dari Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) Aviation Co. Ltd.
Adapun, ICBC Aviation ini merupakan anak usaha dari ICBC Financial Leasing Co. Ltd. Perusahaan tersebut bertindak sebagai lessor (pemberi sewa) kepada beberapa unit pesawat yang dimiliki oleh Garuda.
Melansir dari CNBC, memang, Luhut tak menyebut jenis pesawat yang disewa Garuda Indonesia dari ICBC. Namun, berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, Garuda Indonesia menandatangani dokumen perjanjian kerja sama pendanaan lima pesawat Boeing 777-300 ER dan enam pesawat Airbus A320 dengan ICBC pada 2013 lalu.
Nilai kerja sama pendanaan mencapai US$1,7 miliar. "Iya, kami sudah bertemu (membahas keringanan beban sewa pesawat)," jelas Luhut, Kamis (26/7) malam.
Di dalam pertemuan itu, Luhut mengatakan pemerintah meminta restrukturisasi pembayaran sewa pesawat dengan tenor sepanjang 20 tahun. Restrukturisasi tersebut diharapkan bisa membuat perusahaan menghemat biaya sewa sebesar US$35 juta atau Rp490,15 miliar (kurs Rp14.004 per dolar AS).
Menurut laporan keuangan Garuda Indonesia per Desember 2018, beban sewa dan charter pesawat pada tahun itu mencapai US$1,08 miliar atau naik dari tahun lalu US$1,06 miliar.
"September nanti kami minta restructure payment," papar dia.
Sebelumnya, Luhut mengatakan bahwa sewa pesawat merupakan persoalan penting yang membebani keuangan perusahaan pelat merah tersebut. "Garuda sudah ada masalah dari dulu, saya sampaikan ada masalah pesawat, efisiensi lalu harga minyak sampai pajak penghasilan," ujar Luhut awal bulan lalu.
Tak Jadi Untung, Garuda Rugi hingga Rp 2,45 T di 2018
Dikutip (CNBC) dari Emiten penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akhirnya menyajikan ulang (restatement) laporan keuangan tahun buku 2018. Dalam penyajian ulang laporan keuangan tersebut, Garuda mencatatkan kerugian, bukan untung seperti yang dilaporkan sebelumnya.
Dalam materi paparan publik yang disampaikan Garuda dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), setelah ada penyesuaian pencatatan maskapai penerbangan ini merugi US$ 175 juta atau setara Rp 2,45 triliun (kurs Rp 14.004/US$).
Ada selisih US$ 180 juta dari yang disampaikan dalam laporan keuangan perseroan tahun buku 2018. Pada 2018 perseroan melaporkan untung US$ 5 juta atau setara Rp 70,02 miliar.
Selain laporan laba-rugi, dalam penyajian ulang laporan keuangan 2018 ini nilai aset perseroan yang tercatat juga berubah menjadi US$ 4,17 miliar dari sebelumnya tercatat US$ 4,37 miliar. Ada selisih sebesar US$ 204 juta.
Demikian pula total liabilitas yang berkurang US$ 24 juta menjadi US$ 3,44 miliar. Total ekuitas turun US$ 180 juta menjadi US$ 730 juta.
Pada pos pendapatan lain-lain bersih, juga disajikan lagi dengan angka US$ 38,9 juta dari sebelumnya US$ 278,8 juta. Terjadi penyusutan pendapatan sebesar US$ 239 juta.
Dan Rizal Ramli Pun Kaget, melalui akun twitternya rizal mencuit keheranan dirinya !
Wah baru tahu Garuda termyata lease pesawat dari China. Kirain ..
Wah baru tahu Garuda termyata lease pesawat dari China. Kirain ..🙂https://t.co/XhEoKZhOZi
— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) July 27, 2019