JARILANGIT.COM - Rocky Gerung, Peneliti Perhimpunan Pendidikan dan Demokrasi (P2D), mengomentari jarak antara Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat ini.
Menurut Rocky Gerung, Sandiaga Uno saat ini digambarkan seperti seseorang yang sedang merasa terkhianti oleh pasangannya sendiri.
Bahkan ia menyebut kalau sejak awal chemistry antara Sandiaga Uno dan Prabowo Subianto dipaksakan, sebab tak ada kecocokan antara keduanya.
Hal itu disampaikan oleh Rocky Gerung dalam wawancaranya bersama Balqis Manikam di TV One, Senin (23/7/2019).
Dilansir dari Youtube Talk Show tvOne Selasa (23/7/2019), Rocky Gerung mengatakan, bahwa Sandiaga Uno merasa bahwa dari awal dirinya ingin memperjuangkan sesuatu yang ada nilainya.
"Tapi dia lihat bahwa hari ini yang ada bukan yang bernilai, jadi dia berharap bahwa nilainya mungkin di 2024," kata Rocky Gerung.
Menurutnya, apa yang dilakukan Sandiaga Uno itu merupakan dorongan agar ke depannya ada role model dalam berpolitik.
"Bahwa ada seseorang yang merasa terkhianati tapi dia tahu bahwa taraf peradaban demokrasi kita masih di tingkat dealership, maka dia tabung leadershipnya itu di tahun 2024," ungkapnya.
Selain itu, Rocky Gerung juga menilai kalau saat ini Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno bukan berjauhan, tapi kimianya sudah menggumpal.
"Dari awal sebetulnya chemistry-nya kan dipaksakan tuh, karena ada fasilitas untuk memenangkan pemilu, dengan segala macam kalkulasi tuh, mulai dari kalkulasi moral, kalkulasi integritas, kalkulasi pendukung, sekarang itu nggak terjadi," bebernya.
"Jadi kalau kita sebut bahwa kimianya itu menggumpal, dan mulai menimbulkan reaksi buruk yang tidak pernah diprediksi, maka atom-atomnya si Sandi ini mulai cari kristal baru," tambahnya.
Ia pun menilai bahwa politik di Indonesia saat ini baru pada level dagang, bahkan masuk kategori dagangan yang recehan atau ecek-ecek.
"Kan awalnya kan dua belah pihak ini yaitu Prabowo dan Jokowi ingin berpolitik dengan taruhan yang luar biasa tinggi secara moral dan value, di ujung selesaikan di gerbong doang, ya recehan kan, orang beli tiket di gerbong lalu ngobrol di kereta, lalu kasih kesan kepada publik sudah berdamai," ungkapnya.
Sementara dalam pertemuan tersebut, kata Rocky Gerung, tidak ada kejelasan yang pasti.
"Tapi publik tagih damainya apa? Kan gak ada pengentalan isu, sampai sekrang orang masih berandai-andai itu, siapa Semar dan siapa Togok," katanya.
Bahkan Rocky Gerung menyebut kalau hal itu mirip dengan politik tukang sate.
"Ini sebetulnya politik tukang sate, dikipas-kipas tapi nggak dibagi, cuma mereka berdua yang nikmatin satenya, yang lain kebagian aromanya saja," jelasnya.
Meski begitu, ia memberi pesan kepada pendukung kedua kubu untuk tetap kembali ke akal sehat meski merasa kecewa.
"Boleh kecewa, tapi kita pulihkan kembali akan sehat kita bahwa pengalaman buruk ini hanya pengalaman buruk, nggak usah ditangisi, dan orang memang musti telan pil pahit supaya tubuhnya makin sehat," tutupnya.
Tak hanya itu, Rocky Gerung juga mengomentari sikap Prabowo yang saat ini lebih ke dealership daripada leadership.
"Itu artinya, kita lagi pindah dari politik leadership ke dealership, jadi orang marah kenapa pemimpin yang tadinya leader kok jadi berkualitas dealer gitu," ujarnya.
"Ini saya bisa pahami, karena pada waktu kampanye, orang melihat sosok Prabowo terutama, adalah orang yang ingin mengedepankan politik bernilai, atau value dalam politik, dan terutama emak-emak menganggap itu adalah representasi dari hati nurani. Jadi kalau urusan hati nurani itu hitam atau putih, gak ada itu naik gerbong terus tinggalin penonton di belakang layar, kan gitu persoalannya," tambahnya.
Meski begitu, menurutnya, saat ini Prabowo sedang memperlihatkan bahwa dirinya tidak seperti yang dianggap para pendukung.
Namun, hal itu akan diuji oleh waktu apakah Prabowo benar seperti itu atau tidak.
"Buat die hard itu to be or not to be, karena mereka itu meraka tetap menganggap bahwa mereka disakiti, karena disakiti, Pak Prabowo pasti tahu itu, lalu dia cicil psikologinya itu, dengan memperlihatkan bahwa kami nggak begitu, kami akan begini-begini. Tapi itu kan diuji oleh waktu," jelasnya.
Kemudian menurutnya, yang menjadi masalah saat ini adalah Jokowi akan segera melakukan reshufle dalam waktu dekat.
"Kongres Gerindra itu September, nah problemnya Jokowi mau reshufle sekarang kan, dalam waktu dekat. Jadi itu diuji itu, apakah Pak Prabowo masih leader atau dia udah dealer. Nah kita tunggu sama-sama itu ya," tandasnya.
Kemudian menanggapi soal cover majalan yang memperlihatkan para elite sedang bagi-bagi kue, menurut Rocky Gerung hal itu memperlihatkan moral buruk bagi demokrasi.
"Kalau kue itu dalam kegembiraan musti semuanya ikut dapat bagian, oke dipotong oleh mereka yang berpesta lalu dibagi pada tamu. Tapi motong kue tanpa ada tamu itu adalah moral buruk buat demokrasi. Kan tamunya bubar kan?," katanya. (bt)