JARILANGIT.COM - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang di Kabupaten Buleleng, Bali, akhirnya hari ini selesai juga setelah 12 tahun. Dibangun sejak tahun 2003 oleh China Huadian Engineering Co. Ltd (CHEC), pembangunan pembangkit senilai US$ 700 juta alias Rp 9 triliun ini sempat menghadapi berbagai masalah, terutama terkait pembuangan limbah air dari PLTU.
"PLTU ini dibangun sejak 2003. Kendalanya selama ini adalah masalah teknis untuk mengeluarkan air dari dalam proyek. Itu menjadi salah satu masalah utama," tutur Chairman of China Huadian Corporation Sung Qingsong, usai peresmian PLTU Teluk Bawang di Bali, Selasa (11/8/2015).
Selain itu, pembangunan PLTU Teluk Bawang juga sempat menghadapi berbagai protes dari warga sekitar yang khawatir pembangunan pembangkit ini mencemari lingkungan sekitar, terutama asap hasil pembakaran batu bara dan air limbah dari PLTU.
Namun, CHEC akhirnya berhasil menunjukkan bahwa pembangkit listrik yang dibangunnya menggunakan teknologi mutakhir sehingga ramah lingkungan, warga pun tak lagi menentang.
"Ada juga masalah dengan warga setempat. Kita sudah mendengar pendapat dari warga terkait proyek ini, warga memperhatikan apakah PLTU ini ramah lingkungan, dan mereka melihat sudah cukup baik," tutur Qingsong.
Dia menambahkan, PLTU Celukan Bawang juga sudah dinilai ramah lingkungan oleh Pemerintah Provinsi Bali sehingga dapat diteruskan. "Kita sudah menunjukkan bahwa kita menerapkan standar yang baik dan tinggi. Itu dinilai sudah cukup bagus oleh Pemprov Bali dan juga warga setempat," imbuhnya.
Pihaknya berjanji akan terus menjaga agar operasional PLTU tidak sampai menimbulkan polusi berlebihan yang mengganggu warga sekitar. "Mayoritas warga setempat mendukung proyek kami, kami sangat berterima kasih kepada mereka. Di masa mendatang kami juga akan terus menerus memperhatikan masalah lingkungan di sekitar PLTU," tutupnya. (finance.detikfinance detik)
#ListrikMati