Jokwi Mengkonfirmasi Kegagalannya Saat Menjadi Gubernur Hingga Presiden
Jokwi Mengkonfirmasi Kegagalannya Saat Menjadi Gubernur Hingga Presiden

Jokwi Mengkonfirmasi Kegagalannya Saat Menjadi Gubernur Hingga Presiden

Walikota Solo: Kelihatannya Nggak Sulit-sulit Amat Atasi Macet dan Banjir Jakarta. Gubernur Jokowi: Macet dan Banjir Lebih Mudah Diatasi jika Jadi Presiden. Setelah jadi Presiden, Pindahkan Ibukota !



JARILANGIT.COM - Sebelum menjadi Gubernur Jakarta menurut Jokowi, ada dua persoalan klasik yang selama ini dihadapi oleh warga Ibukota Jakarta. Kedua masalah itu adalah banjir dan kemacetan. Ya Jakarta itu problem sebenarnya ada dua. "Macet sama banjir," kata Walikota Solo Joko Widodo merendah kepada Rakyat Merdeka Online di sela-sela acara peresmian Pusat Studi dan Pendampingan Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Aula Universitas Sebelas Maret, Solo, oleh Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan, (Selasa siang, 28/6). Kutipan pernyataan Jokowi saat menjabat menjadi Walikota Solo.

Walikota Solo: Kelihatannya Nggak Sulit-sulit Amat Atasi Macet dan Banjir Jakarta


Menurutnya dua persoalan di atas bisa diselesaikan dengan dua syarat. Pertama, adanya kemauan untuk menggunakan anggaran pemprov DKI Jakarta mengatasi hal tersebut. Makanya dibutuhkan skill dalam manajemen anggaran.

"Anggaran DKI Jakarta gede sekali. Satu periode bisa sampai Rp135 triliun. Itu gede sekali. Harusnya rampung semua itu. Tiga tahun harus rampung semua. Jadi tinggal eksekusi. Duit dari APBD cukup. Kalau tak cukup, investor saya kira ngantre," ungkapnya.

Pernytaan kedua di kutip dari kompas :

Jokowi: Macet dan Banjir Lebih Mudah Diatasi jika Jadi Presiden

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, permasalahan kemacetan dan banjir di Jakarta akan mudah teratasi jika dia menjadi presiden. Seorang presiden akan mudah mengatur dan memerintahkan kepala daerah di kawasan Jabodetabek untuk bekerja sama.

Jokowi menilai, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak akan bisa menanggulangi kemacetan dan banjir tanpa bantuan daerah lain karena salah satu sumber penyebab terjadinya dua masalah klasik Jakarta tersebut juga berasal dari daerah-daerah penyangganya.

"Seharusnya lebih mudah (mengatasi kemacetan) karena kebijakan transportasi itu harusnya tidak hanya Jakarta, tapi juga Jabodetabek. Itu seperti halnya dengan masalah banjir. Banjir tidak hanya masalah Jakarta karena 90 persen air yang menggenangi Jakarta itu justru berasal dari atas (Bogor).

Semua pengelolaan 13 sungai besar yang ada di Jakarta juga semuanya kewenangan pemerintah pusat," papar Jokowi di Balaikota Jakarta, Senin (24/3/2014).

Jokowi menjamin, seluruh perencanaan transportasi yang telah dicanangkannya selama menjabat sebagai DKI-1 tidak akan terbengkalai jika nantinya ia menjabat sebagai RI-1. Ke depannya, Jokowi ingin agar Jakarta memiliki banyak moda transportasi.

Jadi presiden : Pindahkan Ibukota

Menurut Sherly Annavita Rahmi dalam debat di ILC TVOne :

Kebijakan presiden mau tidak mau akan berpengaruh pada kami, kaum Milenial kedepannya.

Pemindahan ibukota bukan wacana baru. tapi sudah pernah di utarakan oleh presiden-presien sebelumnya.

Alasan Jokowi memindahkan Ibukota :

Pertama, alasan banjir, macet, polusi dan sebagainya. Alasan ini sebenarnya menohok kapasitas Jokowi sendiri sebagi presiden dalam memerintah. Karena salah satu program besar Jokowi saat menjadi gubernur dan presiden adalah penanganan tentang semua keruwetan yang terjadi di Jakarta.

Jadi ketika Jokowi menjadikan alasan banjir, macet, polusi dll, maka seolah Jokowi sedang mengkonfirmasi kegagalannya dalam memenuhi janji kampanye saat menjadi gubernur bahkan presiden.

Kedua alasan pemerataan pembangunan, jika alasan ini di gunakan, seharusnya adalah meningkatkan pengawasan pembangunan itu ke daerah-daerah, bukan memindahkan ibukota ke daerah tesebut. Kenapa ?, apakah ada jaminan ketika ibukota sudah dipindahkan akan membaik ?

Ini sebenarnya sebuah alasan klise yang tidak menjawab masalah, tidak menjawab permasalahan bahkan terkesan pembelaan belaka.

Apakah pemindahan ibukota sangat urgent ?, Bayangkan di era kepemimpinan Jokowi saat ini, masyarakat Indonesia harus membayar hutang negara satu hari satu trilyun !

Silahkan simak videonya...

Ibu Kota Negara akan dipindahkan. Dulu Jonggol jadi tujuan, skrg Pulau Kalimantan. Haruskah Jakarta yg sarat nilai sejarah ditinggalkan ? Sebesar apa urgensinya, hingga triliunan rupiah hrs digelontorkan ?



Kalau puncak pemimpin tak lagi bisa kita pegang, lalu kepada siapa kita mengadu ?

Jika ada masalah, tidak segan Sherly selalu berkonsultasi pada Ustadz Bahctiar Nasir. Ada nasihat ustadz yang selalu diingatnya, yaitu jangan pernah menjual beli ayat, apalagi menjual agama Allah.

Di balik kesulitan, pasti ada jalannya. “Percayalah ketika tujuan yang diinginkan adalah akhirat, dunia pun pasti diraih,” ujarnya mantap.

Sherly Annavita Rahmi Master of social impact, Swinburne, Australia.






 
Pilih sistem komentar sesuai akun anda ▼
Blogger

No comments

» Komentar anda sangat berguna untuk peningkatan mutu artikel
» Terima kasih bagi yang sudah menulis komentar.