JARILANGIT.COM - Pakaian tradisional asal Papua ini ternyata masih asing di telinga masyarakat luar Papua. Ternyata, tak semua mengetahui apa itu koteka..
Koteka merupakan pakaian tradisional asal Papua yang digunakan untuk membungkus alat kelamin pria. Umumnya, koteka dibuat dari buah labu, kemudian kulitnya dibakar kering berwarna coklat kehitaman.
Namun, belakangan hal ini menjadi perbincangan karena rentan punah. Hal ini karena generasi muda yang sudah meninggalkan kebiasaan tersebut.
Dalam sejumlah wawancara kepada orang-orang yang masih asing dengan koteka. Menanyakan pendapat mereka yang belum pernah melihat benda ini sebelumnya. Rahina (25) malah mempertanyakan mengapa masyarakat Papua menggunakan alat ini.
"Kenapa ya harus pakai ini untuk menutupi kelamin. Panjang ya," ujarnya Kamis (1/8/2019).
Lain lagi dengan Dewi (25), ia pun mempertanyakan bahan pembuatan koteka. Ia juga ingin mengetahui bagaimana koteka dibersihkan.
"Penasaran sih dibuat dari apa dan higienitasnya. Karena kan bisa kotor kalau dipakai setiap hari," ujarnya.
Karena digunakan sehari-hari, koteka sebenarnya ringan. Padahal kalau dilihat sekilas mungkin terlihat berat karena nampak seperti dibuat dari bambu.
"Enteng juga ya," ujar Dewi saat dia coba mengangkat koteka.
Menurut Dewi, hal ini menjadi kontradiksi karena koteka merupakan salah satu budaya Papua. Namun, hal ini juga harus dipertanyakan kebersihan dan kegunaanya di wilayah tempat tinggal warga.
"Saya sih gimana ya, mau gimana lagi. Zaman kan sudah berubah, kalau dulu ada di pedalaman yang nggak tau kebersihan sekarang mungkin jadi tahu setelah teredukasi, jadi mungkin makin aware untuk menggunakan pakaian,"katanya.
Koteka diambang kepunahan menjadi dilema. Ada dua kubu yang bertentangan dengan koteka. Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menengahi hal tersebut.
"Koteka sudah jadi identitas seperti baju bodo bagi orang Sulsel, surjan bagi orang Yogya dan lainnya. Jadi, koteka sama saja dengan pakaian, namun dalam dunia modern untuk penggunaannya ya disesuaikan waktunya saja," terangnya kepada detikcom, Rabu (31/7/2019).
"Seperti baju adat Bali, kan tidak setiap hari dipakai, hanya saat ke pura atau acara adat lainnya. Begitupun koteka, seharusnya dipakai begitu ketika ada acara atau upacara adat seperti bakar batu," lanjut Hari menjelaskan.
Nah masalahnya, untuk upacara adat saja, banyak orang-orang Papua khususnya anak muda yang enggan pakai koteka. Hal itulah yang menurut Hari, menjadi alasan kenapa koteka jadi terancam punah.
"Mereka ada rasa malu untuk memakai koteka. Mereka lihat pendatang yang memakai baju dan ingin seperti itu, lalu meninggalkan koteka. Padahal, koteka itu adalah identitas dan budaya mereka," paparnya.
Bahkan ketika upacara adat mengkremasi jenazah, pun koteka sudah ditinggalkan. Menurut Hari, seharusnya jenazah dipakaikan koteka seperti leluhur-leluhurnya tapi malah dipakaikan pakaian modern.
"Saat upacara bakar batu juga ada yang seperti itu, memakai baju modern," ujarnya.
Sedihnya, generasi-generasi muda pun juga tidak dikenalkan oleh koteka. Sehingga mereka tidak menyadari nilai-nilai budaya, yang mana sampai kapanpun koteka adalah identitas Papua. Sebagai identitas budaya, koteka sebaiknya tidak dianggap buruk.
"Koteka harus dikenalkan lewat modul-modul pendidikan di sekolah Papua," tegas Hari.
Toh bukankah, kita yang bukan orang Papua juga harus menghargai koteka ? (detik/edt)