JARILANGIT.COM - Sebuah mobil listrik berwarna putih mirip Alphard diboyong Kejaksaan Agung dari kompleks perumahan dosen Universitas Gajah Mada (UGM) di Bulaksumur, Yogyakarta, pada 4 Agustus 2015.
Mobil listrik bernomor plat B 2422 XTW itu disita sebagai barang bukti dalam kasus pengadaan mobil listrik dalam acara APEC 2013. Mobil listrik tersebut adalah salah satu mobil yang dikirim Dahlan Iskan ke universitas-universitas untuk pembelajaran.
Gara-gara mobil listrik jadi terjeblos ke penjara. Itulah nasib naas yang menimpa Dasep Ahmadi, salah satu insinyur mobil listrik Dahlan Iskan. Nama Dasep berkibar ketika Dahlan mulai mendorong pengembangan mobil listrik pada tahun 2012.
Mobil listrik kecil berwarna hijau terang yang dibawa Dahlan mengaspal pada 16 Juli 2012 adalah hasil karyanya. Setelah pergantian rezim pada 2014, peruntungan Dasep berubah.
Proyek mobil listrik Dahlan tak dilanjutkan oleh pemerintahan baru, hilang bak ditelan bumi. Bukan hanya dihentikan, Dahlan dan para pembuat mobil listriknya dituding berbuat kriminal.
Kasus mobil listrik yang menjerat Dahlan dan Dasep berawal dari kesepakatan tiga BUMN untuk membiayai pengadaan 16 mobil listrik senilai kira-kira Rp 32 miliar. Saat itu PT Sarimas Ahmadi Pratama ditunjuk sebagai pihak swasta yang dianggap kompeten untuk mengerjakan pengadaan tersebut.
Tiga BUMN yang dimaksud adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Perusahaan Gas Negara (PGN), dan PT Pertamina. Belasan mobil listrik tersebut rencananya akan digunakan saat konferensi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Nusa Dua, Bali, Oktober 2013.
Dianggap tak memenuhi kualifikasi untuk digunakan peserta forum APEC, mobil-mobil listrik yang telah diproduksi selanjutnya diserahkan kepada beberapa universitas untuk dijadikan bahan penelitian.
Dasep yang menjabat sebagai Direktur PT Sarimas Ahmadi Pratama kemudian ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan merugikan keuangan negara. Dasep kemudian divonis 7 tahun penjara dan denda Rp 200 juta subsider 3 bulan kurungan pada Maret 2016 oleh Pengadilan Tipikor.
Bukan hanya Dasep saja yang bernasib sial. Ricky Elson, ahli mobil listrik yang dipanggil pulang Dahlan dari Jepang juga demikian. Ricky, anak muda jenius asal Padang yang berhasil mematenkan 14 penemuan di bidang motor listrik di Negeri Sakura, pada 2014 sempat dikabarkan ingin kembali ke Jepang.
Di Indonesia, Ricky yang pulang karena berniat membangun mobil listrik nasional malah tak mendapat dukungan dari pemerintah.
Akhirnya Ricky memang mengurungkan niatnya kembali ke Jepang dan tetap tinggal di Indonesia. Saat ini dia tengah aktif mendidik dan membagi ilmu kepada anak-anak muda untuk mengembangkan mobil listrik dan teknologi listrik dari sumber energi terbarukan.
Saat dihubungi detikFinance, Ricky mengaku enggan bicara lagi soal mobil listrik. "Mohon maaf, saya enggak bisa memberi komentar apapun terkait mobil listrik," ujarnya melalui pesan singkat, Selasa (17/7/2017).
Sekarang tiba-tiba wacana pengembangan mobil listrik muncul lagi. Kali ini Menteri ESDM Ignasius Jonan yang mendorongnya lewat sebuah surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sama seperti Dahlan, Jonan memandang sudah saatnya Indonesia mengembangkan mobil listrik agar tak ketinggalan dari negara-negara lain.
Apakah ahli-ahli mobil listrik era Dahlan Iskan akan kembali dilibatkan lagi?
Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, tidak menutup kemungkinan tersebut. Ia mengatakan, Indonesia sudah punya banyak orang-orang pintar yang ahli dalam pembuatan mobil listrik. Potensi-potensi yang ada harus dimaksimalkan.
"Orang Indonesia itu yang pintar banyak sekali kok, cuma kita enggak kasih kesempatan, sayang sekali," kata Luhut.
Tapi kalau serius mau mengembangkan mobil listrik, negara jangan membui dan membuang para peneliti mobil listrik. Kasus yang menimpa Dasep membuat pembuat mobil listrik lainnya khawatir bernasib serupa.
"Kalau pure peneliti, agak pusing karena peneliti hanya berkaitan engineering atau science, bukan dikaitkan masalah hukum. Kita jadi agak hati-hati. Jadi ada keengganan untuk mengembangkan mobil listrik. Takut kalau mungkin seperti itu (bernasib seperti Dasep)," kata Ketua Tim Mobil Listrik Institut Teknologi Bandung (ITB), Agus Purwadi. (edt/hr)