JARILANGIT.COM - Sebelumnya, Pada berkas dakwaan yang dibacakan Jaksa Penuntut Umum (JPU), Kivlan diketahui membayar seorang mata-mata bernama Udin lewat kaki tangannya yang bernama Helmi Kurniawan atau Iwan.
Diketahui, uang dibayarkan Iwan kepada Udin sebesar Rp25 juta untuk mengintai pergerakan Menko Polhukam Wiranto dan Menko Maritim Luhut Binsar.
Dikutip dari Merdeka com, "Saksi Iwan menyerahkan uang sebesar Rp25.000.000 yang berasal dari terdakwa kepada Udin sebagai biaya operasional survey dan pemantauan guna memata-matai Wiranto dan Luhut Binsar Panjaitan," kata JPU Fathoni di PN Jakarta Pusat, Selasa (10/9).
Kini...
Tersangka kepemilikan senjata api ilegal, Mayjen (Purn) Kivlan Zen terbaring lemah di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. Kivlan tengah menjalani perawatan akibat sakit infeksi paru-paru stadium dua.
Mendengar kabar itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamirzad Ryacudu meminta polisi membebaskan Kivlan. Menhan menyebut jika Kivlan banyak menorehkan jasa untuk Indonesia. Sehingga dengan kondisi saat ini, Kivlan layak dibebaskan.
"Saya tahu ada kekurangan ada kelebihan. Kelebihannya banyak. Dia berpuluh tahun sampai pensiun mengabdi kepada negara ini," kata Menhan.
Lantas bagaimana rekam jejak karier Kivlan Zen? Berikut ulasannya:
Sempat Kuliah Kedokteran
Kivlan Zen lahir di Langsa, Aceh, 24 Desember 1946. Meski berasal dari keluarga Minangkabau, masa kecil hingga remajanya dihabiskan di Medan.
Sebelum masuk Akademi Militer, Kivlan sempat kuliah kedokteran di Universitas Islam Sumatera Utara. Saat itu, Kivlan sempat aktif menjadi aktivis. Dia bergabung dengan Pelajar Islam Indonesia (PII) pada 1962.
Kemudian pada 1965, dia menjadi sekretaris Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Medan dan Ketua Departemen Penerangan KAMI Medan. Dia juga aktif dalam Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).
Masuk Akademi Militer
Kivlan Zen akhirnya masuk Akmil Magelang. Alhasil, kuliahnya pun terhenti. Kivlan lulus dari Akmil pada 1971. Dia kemudian masuk di kesatuan Infanteri, Kostrad, Angkatan Darat.
Saat usia 27 tahun, Kivlan dipercaya menjadi Komandan Peleton di kesatuan Infanteri, Kostrad, Angkatan Darat. Sejak saat itu, kariernya melesat dengan cepat. Berbagai posisi sempat dijalaninya.
Berkarier di Kostrad
Karier Kivlan di TNI tergolong moncer. Sejumlah jabatan penting pernah didudukinya. Kebanyakan adalah jabatan komando tempur. Dia pernah menjadi Danton Akabri Darat, Danden Banmin Brigif Linud-18, Danuonif-303 Brigif-13/ Kostrad hingga Kaskostrad (Kepala Staf Kostrad).
Pada 1974, dia berhasil meringkus Organisasi Papua Merdeka (OPM). Selain itu dia juga pernah ditugaskan di Timor-Timur. Pangkat di pundaknya pun naik.
Perjalanan Menjadi Mayor Jenderal
Pada 1990, Kivlan Zein menjabat sebagai Kepala Staf Brigade Infanteri Linud 1/Cilodong/Kostrad (Kasdivif I Kostrad) dengan pangkat Kolonel. Sejak itu, pangkatnya terus naik.
Dia kemudian menjabat Kepala Staf Daerah Militer VII/Wirabuana, dengan pangkat Brigadir Jenderal. Kemudian naik pangkat menjadi Mayor Jenderal dengan menjabat Panglima Divisi Infanteri 2/Kostrad.
Terakhir, saat Letjen Prabowo Subianto menjabat sebagai Panglima Kostrad, Mayjen Kivlan dipercaya menjadi Kepala Staf Kostrad pada 1998.
Pensiun dari Militer
Karier Kivlan di TNI kemudian berubah pada 1998. Situasi politik saat itu mengubah semuanya. Peralihan kepemimpinan dari rezim Orde Baru ke Reformasi membuat Kivlan Zen dimutasi ke Mabes TNI AD.
Tak lama setelah itu, dia pensiun dari militer.
Selamatkan 18 WNI
Pada 2016, nama Kivlan Zen menyita perhatian pemerintah dan publik. Kivlan diminta menjadi negosiator untuk menyelamatkan 18 Warga Negara Indonesia (WNI) dari penyanderaan yang dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf. Ia berhasil melakukannya tanpa uang tebusan melainkan dengan negosiasi. (mdk/hor)