Indef: Utang di Masa Jokowi Sudah Gila-gilaan, Pandemi Corona Bikin Ekonomi Makin Berat
Indef: Utang di Masa Jokowi Sudah Gila-gilaan, Pandemi Corona Bikin Ekonomi Makin Berat

Indef: Utang di Masa Jokowi Sudah Gila-gilaan, Pandemi Corona Bikin Ekonomi Makin Berat

Penurunan ekonomi saat ini bisa disandingkan dengan krisis besar (great depression) yang pernah melanda dunia pada 1930-an. Saat itu, bukan hanya sektor keuangan yang ambyar, tapi juga seluruh sektor riil.



JARILANGIT NEWS - Ekonom Indef, Bhima Yudhistira menilai, pandemi Covid-19 bisa menyebabkan perekonomian Indonesia merosot sangat dalam. Jumlah pengangguran meroket, angka kemiskinan meningkat, belum lagi jumlah utang pada masa Jokowi yang gila-gilaan.

Bhima memandang, penurunan ekonomi saat ini bisa disandingkan dengan krisis besar (great depression) yang pernah melanda dunia pada 1930-an. Saat itu, bukan hanya sektor keuangan yang ambyar, tapi juga seluruh sektor riil.

“Kalau kita lihat, WTO (Organisasi perdagangan dunia) bilang hati-hati dengan kondisi saat ini, karena kedalaman krisisnya mungkin sama dengan 1930 walaupun penyebabnya saat itu bukan pandemi, tapi sisi keuangan dan sektor riil sudah pas kenanya,” ujarnya dalam diskusi daring dilihat Senin (11/5).

“Jadi ini sangat dalam menurut saya,” imbuhnya. Pada sisi lain, pemerintah dinilai tidak siap untuk menopang ketahanan ekonomi nasional.

Dia memandang, paket stimulus untuk masyarakat masih kecil. Pada sisi lain, ruang fiskal pemerintah semakin terbatas untuk menangani wabah.

“Sebelum pandemi sudah banyak masalah, pemerintah gila-gilaan utang lima tahun terakhir,” tuturnya.

Hingga Joko Widodo naik tahta untuk periode kedua, tercatat jumlah utang pemerintah bertambah Rp2.716,28 triliun.

Bhima memaparkan, pandemi juga memicu peningkatan jumlah pengangguran. Dengan skenario sangat berat, dia memperkitakan tingkat penangguran terbuka (TPT) naik menjadi 9 persen pada tahun ini dari 5,28 persen pada tahun lalu.

“Estimasinya 5 juta orang pengangguran murni yang terbuka,” ucapnya.

Dampak lanjutannya, penambahan angka kemiskinan tak bisa dibendung. Tingkat kemiskinan bisa mendaki ke angka 12 persen dari 9 persen. Skenario terburuknya, kemiskinan bisa meroket hingga 15 persen jika pertumbuhan ekonomi minus 2 persen.(*)
 
Pilih sistem komentar sesuai akun anda ▼
Blogger

No comments

» Komentar anda sangat berguna untuk peningkatan mutu artikel
» Terima kasih bagi yang sudah menulis komentar.