Reporting by Cindy Silviana and Fanny Potkin, additional by Brenda Goh
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang menjadi bagian dari Belt and Road Initiative (BRI) China mengharapkan dana tambahan sebesar $18 miliar untuk membangun kota-kota satelit dan pusat industri disepanjang jalur yang dilaluinya. Proyek ini sempat tertunda tiga tahun akibat sengketa pembebasan lahan.
Para analis mengatakan bahwa rencana untuk mengembangkan empat kota baru dan pusat industri ini meniru pendekatan China. CEO WIKA Tumiyana mengatakan bahwa 15 persen dari jalur tersebut telah selesai, dimana 60 persen akan selesai pada akhir tahun 2019.
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini akan menghubungkan China dengan Asia, Eropa, dan sekitarnya yang digambarkan bulan lalu oleh Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian, sebagai “kereta api berkecepatan tinggi pertama di Asia Tenggara.”
Konstruksi jalur kereta api ini dibiayai pinjaman senilai $4,5 miliar dari Bank Pembangunan China.
Pihak Indonesia diwakili oleh KAI menguasai 60 persen, sementara China, yang dipimpin oleh China Railway Engineering Corporation, memegang sisanya.
CEO WIKA Tumiyana mengatakan bahwa 15 persen dari jalur tersebut telah selesai, dimana pada akhir tahun 2019 akan selesai 60 persen.
Para analis mengatakan bahwa rencana untuk mengembangkan empat kota baru dan pusat industri meniru pendekatan China dalam pembangunan kereta api berkecepatan tinggi.
“Ini sepertinya meniru model umum pembangunan perkotaan China,” kata Nick Marro, seorang analis China di Economist Intelligence Unit.
Salah satu lokasi yang sebelumnya dikunjungi oleh Reuters di perkebunan teh tua seluas 5.000 hektar akan diubah menjadi kota dengan gedung-gedung tinggi dan kampus universitas baru.
Para pejabat Indonesia dan China mengatakan bahwa keberhasilan proyek tersebut akan menjadi tolok ukur bagi kerja sama infrastruktur di masa depan.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China sebelumnya mengatakan kepada Reuters, “ini adalah proyek saling menguntungkan dalam kerja sama antara China-Indonesia, yang akan membantu mempromosikan ekonomi dan sosial lokal”.
Wakil Presiden Jusuf Kalla baru-baru ini memimpin delegasi dalam Belt and Road Forum di Beijing, di mana ia mengajukan kepada perusahaan-perusahaan China untuk proyek infrastruktur hingga $91 miliar.
Jakarta menekankan bentuk kerjasama ini business-to-business untuk semua transaksi BRI, bukan format pinjaman tradisional pemerintah-ke-pemerintah (menggunakan dana APBN red) (Reuters)