JARILANGIT.COM - Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief memberikan pembelaannya kepada Jokowi-Ma’ruf. Sebaliknya, secara tidak langsung, ia menyerang Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Hal itu disampaikan Andi Arief di akun Twitter pribadinya, Kamis (4/7/2019).
Menurutnya, menjadi oposisi atau kelompok minoritas di parlemen bisa dikarenakan keadaan yang terpaksa atau karena memang sudah menjadi pilihan.
“Tapi jangan merasa pasti masuk surga. Karena suatu saat pasti akan meminta tolong partai yang dianggap masuk neraka, misalnya kurangnya syarat kursi pilkada,” cuitnya.
Menjadi oposisi atau tepatnya minoritas di parlemen bisa karena terpaksa atau karena pilihan. Tapi jangan merasa pasti masuk surga. Karena suatu saat pasti akan meminta tolong partai yg dianggap masuk neraka, misalnya kurangnya syarat kursi pilkada.— andi arief (@AndiArief__) July 4, 2019
Anak buah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu lantas menyatakan bahwa belum ada dalam sejarah oposisi di parlemen sukses menjatuhkan pemerintahan.
Di tahun 1998, jatuhnya Soeharto menurutnya karena oposisi jalanan memaksa mayoritas parlemen (Golkar) yang meminta mundur Soeharto.
Demikian juga pada era kepemimpinan SBY dimana penggulingan pemerintahan dilakukan melalui kasus Century yang datang bukan dari oposisi di parlemen.
“Tapi datang dari oportunisme dalam koalisi (PKS dan Golkar yang main mata dengan Gerindra dan PDIP). Upaya penggulingan itu juga gagal total,” lanjutnya.
Belum pernah ada oposisi atau minoritas sukses di parlemen dalam hal menjatuhkan pemerintahan. Belum ada. Tahun 1998 jatuhnya Soeharto karena oposisi jalanan memaksa mayoritas parlemen (Golkar) meminta mundur Soeharto.— andi arief (@AndiArief__) July 4, 2019
Hal yang sedikit berbeda terjadi pada era kepemimpinan Gus Dur yang disebutnya dilakukan oleh partai koalisi pemerintahan yang melakukan pengkhianatan.
“-Konon bersama sempalan TNI- untuk bersama mengganti Presiden dengan alasan yang bisa dicari-cari,” katanya.
Atas dasar itu, ia menyimpulkan bahwa penggulingan kekuasaan bisa dilakukan melalui dua cara.
Yakni dari koalisi yang berkuasa tapi tanpa tekanan rakyat seperti Gus Dur, atau dengan tekanan rakyat seperti Seoharto.
Kalau, hanya PKS saja yang memilih minoritas di parlemen sedangkan tiga partai lainnya belum menyatakan sikap, lanjutnya, hampir dipastikan PKS akan jadi minoritas terkucil.
“Sumber perubahan itu justru di partai-partai yg kemungkinan menyokong unity government,” katanya lagi.
Menilik pada hasil survei saat ini, sambung Andi, Jokowi-Ma’ruf 50 persen lebih rakyat percaya Jokow-Ma’ruf sebagai pemenang Pilpres, mampu menjawab persoalan rakyat.
“Sebaiknya diberi kesempatan. Mampu atau tidak, politik itu tidak statis, tapi tak bisa dinilai saat ini,” tutupnya. (suara/ps/edt)