JARILANGIT.COM - Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo hadir dalam acara pidato kebangsaan Prabowo Subianto. Mendapat kesempatan berbicara, mantan Panglima TNI ini menyampaikan keluh kesah.
"Saya datang ke sini tidak ada lain karena Merah Putih, karena negara dan bangsa memanggil untuk negara, bangsa, rakyat Indonesia. Angkat telepon dari beliau, Pak Prabowo meminta saya bicara masalah kebangsaan di sini," ujar Gatot di Dyandra Convention Center, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (12/4/2019).
Ada beberapa hal yang disampaikan Gatot dalam pidatonya. Ia berbicara soal masalah kebangsaan hingga masalah internasional. Menurut Gatot, yang harus diwaspadai adalah soal global citizen.
"Siapa pun bisa masuk ke negara lain, penduduk lain penduduk negara lain, yang penting punya uang dan punya ide contoh singkat di Jatim, Kepanjen-lah, dibuat superblock, mal, perum elite, setelah itu bupati naikin NJOP sehingga pajak naik. Kira-kira petani sanggup nggak? Pergi dia ke pinggir. Penduduk negara lain datang ke situ," kata Gatot.
"Contoh sekarang orang Betawi di mana, ada di Menteng hanya beberapa gelintir saja, minggir. Contoh gampang saja, Anda ke Singapura, penduduk asli Singapura di mana tempatnya?" imbuhnya bertanya kepada pendukung Prabowo.
Menurut Gatot, permasalahan tersebut harus diwaspadai. Jika tidak, masyarakat Indonesia selamanya akan menjadi pembantu asing. Bangsa Indonesia pun disebutnya juga bisa hilang.
"Kalau tidak waspada, maka zaman penjajahan kita pembantu, kemerdekaan kita pembantu, sekarang pun pembantu, dan keturunannya pembantu. Ini yang harus diwaspadai. Negara Indonesia nggak akan hilang, tapi bangsa Indonesia yang bisa hilang," tuturnya.
Gatot lalu berbicara soal kondisi nasional. Ada suatu hal yang menurutnya kritis, yakni soal kekuatan TNI yang tidak didukung oleh pemerintah dari segi anggaran.
"Saat ini yang kritis adalah anggaran. Saya tidak menyalahkan siapa pun juga, tapi saya harus sampaikan karena saya mantan Panglima TNI, agar rakyat bersatu jangan terpecah-pecah," katanya.
"Saat saya menjabat Panglima TNI, saya sudah berusaha sekuat mungkin tapi saya tidak berdaya. APBN-P, TNI yaitu Dephan, Mabes TNI, TNI AD, TNI AL, dan TNI AU jumlah personelnya lebih dari 455 ribu mempunyai ratusan pesawat tempur, punya ratusan kapal perang, ribuan tank, dan senjata berat. Anggarannya hanya Rp 6 T lebih. Sehingga Dephan dapat Rp 1 T, AD dapat Rp 1 T lebih, AU Rp 1 T lebih, AL dapat Rp 1 T lebih Mabes TNI dapat Rp 900 miliar," tambah Gatot.
Dia pun membandingkan anggaran TNI dengan salah satu institusi terkait pertahanan dan keamanan. Gatot juga membandingkan anggaran TNI dengan anggaran Polri.
"Tetapi ada institusi yang tidak punya pesawat tempur, senjatanya pendek, dan ada senjata panjang sedikit saja, dan jumlah personelnya tidak sampai 3 ribu tetapi anggarannya Rp 4 T dan kepolisan RI 17 T. Tidak ada yang salah, semua benar-benar saja tetapi ini dari segi anggaran mengecilkan TNI," tuturnya.
Kemudian Gatot tampak memprotes mutasi personel TNI yang menurutnya dipangkas setelah ia tak lagi menjadi Panglima TNI. Ia menyebut sejumlah anak buahnya yang berprestasi dicopot dari jabatan strategis, termasuk yang berhasil membongkar kasus penyelundupan ribuan senjata dari luar negeri.
"Yang paling penting bagi tentara adalah semangat juang dan moralitasnya, ini pun dipaprasin. Begitu saya turun, maka semua yang terbaik dicabut. KaBAIS Mayjen TNI Ilyas, dia yang menyelesaikan Poso, silakan diskusi dengan siapapun siapa yang selesaikan Poso, tetapi dicopot sampai sekarang tanpa jabatan. Termasuk Direktur A komandan satuan tugas intelijen yang membongkar (penyelundupan) senjata sekarang pun dicopot tanpa jabatan," beber Gatot.
"Investasi SDM di TNI itu adalah jabatan-jabatan tersebut. Panglima Divisi Infanteri I dan II dicopot sampai dengan sekarang tanpa jabatan. Komandan Jenderal Kopassus masuk Pangdam III langsung dicopot sampai sekarang tak ada jabatan dan orang-orang bermasalah menempati jabatan-jabatan strategis," imbuhnya.
Di akhir pidatonya, Gatot lalu berbicara soal pentingnya persatuan di Pilpres ini. Ia menceritakan soal ada suami istri yang cerai karena beda pilihan capres.
"Jangan sampai rakyat Indonesia terpecah, harus bersatu. Jangan sampai hanya karena pilpres pecah. Jangan mempertajam, suami-istri ada yang sampai cerai. Dalam kondisi saat ini, rakyat harus satu, dingin, jangan mau dipecah-pecah," sebut Gatot. (elz/fjp)