JARILANGIT.COM - Pengamat politik dari Universitas Paramadina Kunto Adi Wibowo menilai penggunaan kata-kata bersifat kasar oleh calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto saat kampanye adalah upaya untuk menampilkan kejujuran.
Dalam sejumlah kampanye terbuka beberapa waktu terakhir, Prabowo menggunakan kata-kata yang dinilai sejumlah kalangan kasar, seperti 'ndasmu' dan 'bajingan'. Prabowo juga menggebrak-gebrak podium saat kampanye di Yogyakarta. Mantan Komandan Jenderal Kopassus ini menggunakan pilihan kata 'diperkosa' untuk menggambarkan kondisi ibu pertiwi.
Berdasarkan studi psikologi, kata Kunto Adi, kata-kata bersifat kasar dapat digunakan oleh orang yang ingin menyampaikan sebuah pesan secara jujur.
"Studi psikologi, mereka yang berkata kasar lebih jujur. Saya rasa tim Prabowo menyadari itu, dan memunculkan Prabowo yang walau berkata kasar tapi jujur," kata dia, Selasa (9/4).
Selain itu, dia menyatakan penggunaan kata kasar oleh Prabowo tepat karena dilakukan di hadapan para pendukungnya. Pasalnya, kata-kata kasar kerap digunakan untuk menunjukkan kedekatan.
Namun, lanjutnya, penggunaan kata bersifat kasar itu akan menjadi masalah ketika didengar oleh orang-orang yang tidak berasal dari kalang pendukungnya, dalam hal ini pendukung pasangan capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Ketika orang pakai kata kasar itu lebih dianggap familiar, kalau orang bisa pakai kata kasar artinya lebih dekat dengan kita. Bagi pendukungnya oke, karena sudah punya kedekatan. Problemnya pendukung Jokowi yang melihat kata kasar Prabowo ini," kata peneliti politik di lembaga Kedai Kopi ini.
Jutaan pendukung Prabowo Sandi memadati GBK Jakarta |
Kunto berkata hal itu ditampilkan Prabowo dengan memaki para koruptor.
"Kecerdasan itu bisa diasosiasikan berbagai cara, memaki itu dianggap tegas misalnya memaki koruptor," kata dia.
Lebih dari itu, Kunto menyampaikan bahwa penggunaan kata bersifat kasar oleh seorang capres sedang menjadi tren dalam beberapa waktu terakhir.
Dia berkata, beberapa capres yang pernah melakukan hal ini antara lain capres Amerika Serikat Donald Trump, capres Filipina Rodrigo Duterte, hingga calon perdana menteri India Narendra Modi.
Kunto menduga, penggunaan kata bersifat kasar itu menjadi tren karena masyarakat lelah dengan berbagai masalah yang terus terjadi.
"Karena yang dibutuhkan pemilih hari ini adalah ketegasan, mereka capek dengan ketidakadilan dan berbagai janji," tuturnya.
Kampanye Jokowi di Solo sepi peminat |
Namun, Kunto mengaku belum dapat memperkirakan dampak penggunaan kata bersifat kasar untuk tampil tegas ini terhadap elektabilitas Prabowo.
Sebelumnya, Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto, menilai ada persoalan serius dalam hal kepemimpinan Prabowo karena mengeluarkan kata-kata kasar di hadapan publik. Menurutnya, itu semakin meruntuhkan kredibilitas dan martabat pemimpin.
"Dalam berbagai kampanye yang ditampilkan Pak Prabowo, PDI Perjuangan mengamati adanya persoalan serius terkait kepemimpinannya," ujar Hasto dalam keterangan tertulis, Selasa (9/4).
Hasto menuturkan kebiasaan Prabowo mengucapkan kata-kata kasar semakin meruntuhkan kredibilitas dan martabatnya sebagai pemimpin.
Selain itu, ia berkata sikap ego dan tampilan elite Prabowo, serta orang-orang di sekitarnya yang biasa dengan hoaks dan fitnah, semakin memperburuk keseluruhan tampilan politik yang seharusnya positif dan penuh hal-hal baik.
Hasto menyampaikan karakter pemimpin akan menentukan kultur positif dan martabat bangsa. Ia membandingkan tampilan Prabowo dengan Jokowi yang diklaim tampil apa adanya, merakyat, visioner, dan selalu bergulat dengan apapun persoalan rakyat,
Jokowi juga disebut Hasto selalu mengedepankan optimisme. Karakter Jokowi itu, lanjutnya, bisa menghasilkan kultur bangsa yang bergerak maju dan mengejar prestasi. (mts)