JARILANGIT.COM - Netizen memang semangat jika mendengar sesuatu yang kurang pas di telinga atau pengamatannya, apalagi sesuatu tersebut menyakut ucapan atau tindakan seseorang yang di anggap tokoh masyarakat.
Mereka akan bergerak tanpa di komando akan menelusuri dan mencari informasi latar belakang tokoh yang mereka anggap nyeleneh tadi. Terlepas penemuanya benar atau salah yang penting sudah nemukan informasi awal, mungkin tujuannya agar ada orang lain yang mengkoreksi jika informasi yang diperolehnya ternyata tidak tepat. Simak cerita berikut ini...
Dikutip dari kumparan, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD diserang kabar tidak mengenakkan di media sosial. Netizen ada yang menyebutkan bahwa dia mempunyai darah pengkhianat.
Darah pengkhianat yang dimaksud adalah Mahfud keturunan orang Madura -khususnya Bangkalan- yang membelot ke Belanda pada era kolonial. Mahfud disebut-sebut sebagai keturunan Raden Arya Omong Koro.
Dalam pesan berantai yang tersebar di WhatsApp dan media sosial, Mahfud dianggap wajar bersikap nyinyir terhadap suatu kubu. Sebab, Mahfud dicap sebagai keturunan orang Indonesia yang jadi kaki tangan Belanda.
“Aryo Omong Koro kaki tangan Belanda. Dia pernah dikirim ke Aceh oleh Belanda pada tahun 1824 untuk melawan pejuang Aceh, hasilnya gagal total,” demikian salah satu cuitan yang berdar di Twitter. Dan tentu saja cuitan tersebut di bantah oleh keluarga Mahfud MD.
Sejarah Mencatat Kakek Moyang Prof.Mahfud MD adalah Tentara KNIL (Belanda Hitam) ARYO OMONG KORO Tewas di Tangan Rakyat Aceh Ketika Mendapat Tugas Oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk… https://t.co/KhzTogylUK— Suryadi Anw (@__46___KAMKRUEM) May 12, 2019
Terlepas dari cerita diatas, mari kita simak apa sih sebenarnya sebutan Londo Ireng itu ? Cerita ini merupakan rangkuman dari berbagai cerita mengenai Londo Ireng yang banyak sekali tersebar di dunia maya.
Londo Ireng adalah sebutan untuk anak bangsa yang rela berkhianat, menggadaikan kehormatannya, demi menikmati hidup makmur di bumi Nusantara era Kolonial.
Pribumi yang anti terhadap semangat perjuangan tentara republik, tergabung dalam beberapa organisasi bentukan Belanda. Salah satunya adalah NICA. Selain menginginkan kehidupan mapan secara mudah, serangkaian alasan politis juga menjadi penyebab mata hati mereka tertutup rapat.
Alih-alih membantu saudara sebangsanya di medan juang, mereka bahkan rela menjadi pengkhianat bangsa yang menorehkan kisah buram di tanah air.
Harta dan kenyamanan hidup lebih berharga daripada kemerdekaan
Belanda yang telah menanamkan pengaruh kolonialnya pada Indonesia, membuat sebagian rakyatnya takluk yang kemudian menjadi tunduk dan patuh. Bagi mereka, nasionalisme dan angin kemerdekaan, hanyalah buaian mimpi belaka yang mustahil terjadi.
Alhasil, banyak kalangan terpelajar Indonesia, lebih memilih menjadi pegawai kolonial Belanda. Kemapanan, finansial dan jaminan hidup, lebih mulai dibanding bersimbah darah di medan pertempuran.
Tak hanya di kalangan terpelajar, para aristokrat dan bangsawan (raja-raja), juga ikut termakan rayuan duniwai yang ditawarkan para penjajah. Pada zaman itu, bukanlah hal aneh jika para raja, bangsawan maupun pejabatnya dekat dengan pemerintahan kolonial.
Motivasi mereka pun beragam. Ada yang dekat karena ingin diangkat menjadi raja atau pemangku wilayah karesidenan. Atau minimal menjadi pegawai sipilnya saja. Meski Indonesia telah merdeka sekalipun, para penjilat ini tetap menyatakan kesetiannya pada Tuan-nya.
Serdadu Londo Ireng Pemberani
Jejak Profil kemiliteran para Serdadu Londo Ireng di Hindia Belanda pada abad XIX kerap mendapati konklusi:
(1) mereka adalah serdadu gagah berani, tidak kenal lelah, dan setia;
(2) mereka pembuat keonaran dan suka memberontak. Konon, keberadaan mereka memberi arti besar untuk kekusaan kolonial.
Serdadu Londo Ireng sebagai prajurit Belanda merasa lebih tinggi daripada orang-orang pribumi. Tapi sikap angkuh ini juga dipupuk oleh Belanda karena jarak sosial dengan penduduk setempat menguntungkan pihak Belanda.
Prajurit-prajurit ini juga dikerahkan di Kalimantan dan perang Aceh. namun Karena perekrutan prajurit ini adalah sebuah eksperimen, maka begitu pecah perang, mereka jalan sendiri-sendiri. Susah diatur! (hor)