Cuitan sang profesor penerima gaji 100 juta perbulan makin gak karuan. Dia mengatakan bahwa Prabowo menang di provinsi-provinsi yang mana disitu banyak Islam garis keras. Gak tahu bagaimana sang profesor pemakan 100 juta mengukurnya.
Profesor ini sejak tak dijadikan CAWAPRES oleh Jokowi otaknya makin bergoyang. Sudah gak stabil lagi dia berpikir. Gak kelihatan lagi bahwa dia seorang profesor. Gaya bicaranya tak ubahnya seorang preman yang habis minum pil BK. Narasinya selalu menyerang saudaranya sendiri sesama muslim.
Ternyata daya rusak uang 100 juta itu cukup dahsyat. Memporak porandakan otak sang profesor sehingga dirinya suka berubah-ubah dalam mengeluarkan ucapan. Saat ini dia menyerang cebong tapi disaat yang lain dia jadi Mbahnya cebong. Tapi lagi-lagi yang jadi sasaran narasinya adalah umat Islam.
Inilah profesor yang suka berbicara sesuai pesanan. Sebab sekarang dia lagi bingung. Mau nyantol ke Jokowi kubu 01 udah malu. Walau baju putihnya masih tersimpan di istana. Mau gabung dengan kubu 02 lebih tambah malu lagi. Dan juga kubu 02 geli mau menerimanya. Jadi dia main SOLO RUN atau SINGLE FIGHTER.
Apalagi masih ada media yang mau mewawancarainya. Jadi kelihatan dia masih dibutuhkan. Padahal orang ini tak ubahnya kayak KALENG ROMBENG. Yang tak ada guna lagi omongannya. Menuduh Islam garis keras di propinsi yang dimenangkan Prabowo itu adalah tuduhan PALING KEJI yang diucapkan oleh seorang profesor.
Kita ingin tahu berapa TARIF atas atau bawah saat mengeluarkan statement itu profesor …? Gak mungkin itu gratis. Sebab pernyataan itu sesuai dengan tuduhan ke Prabowo bahwa kalau Prabowo menang maka dia akan menghidupkan KHILAFAH. Rakyat ditakut-takutkan dengan hantu KHILAFAH. Jadi tuduhan itu sama persis dengan pernyataan sang profesor pemakan 100 juta.
Berhentilah prof dalam memakan bangkai saudara sendiri. Cari makanlah dengan kapasitas ilmu yang Allah berikan padamu. Kalau benar tuduhanmu itu maka kampungmu MADURA dihuni oleh Islam garis keras dan radikal karena disana Prabowo menang mutlaq.
Kalau kau prof tidak termasuk Islam garis keras di Madura maka berarti kau termasuk TURUNAN LONDO IRENG (Belanda hitam). Sebab hanya Belandalah yang suka memberi label garis keras dan radikal kepada rakyat Indonesia yang melawannya.
Oh profesor, ingat umur. Dikit lagi putus kontrak kau dengan Allah di dunia ini karena kau gak muda lagi. Wajahmu saat ini tidak menampakkan wajah seorang orang tua yang ahli ibadah yang bergelar profesor. Wajahmu BURAM karena suka nyinyir pada sesama saudaramu sendiri sesama Islam.
Sadarlah prof Malaikat maut setiap 21 menit ada berdiri di hadapan kita. Gak percaya tunggu tanggal mainnya. Hanya kepada Allah jualah kita berserah diri.
Wallahu A’lam …
Oleh : Moh. Naufal Dunggio (pembawaberita)