JARILANGIT.COM - Universitas Trisakti Beri Gelar Putra Reformasi Jokowi, sungguh salah.
Penghargaan “Putra Reformasi” pada Jokowi dari Universitas Trisakti turut membuat kaget kalangan internal kampus. Mereka kaget dengan penobatan mantan walikota Solo itu sebagai orang yang dinilai berjasa dalam membangun cita-cita reformasi.
Salah satu yang merasa heran adalah dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Haris Azhar. Dia bahkan mengaku curiga ada sesuatu di balik pemberian gelar tersebut.
“Saya kaget membaca surat tersebut, atau lebih jauhnya, kaget mengetahui niat tersebut. Sejauh ini, pihak kampus belum lakukan klarifikasi. Ini mencurigakan,” ungkapnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (22/9).
Alumni Trisakti itu menduga bahwa penyematan gelar “Putra Reformasi” sebatas akal-akalan panitia acara Dies Natalis Universitas Trisakti ke-54 saja.
“Saya curiga ini memang akal-akal panitia Dies Natalies Usakti untuk kasih gelar putra reformasi ke presiden, tapi dilakukan dengan cara diam-diam. Begitu, diketahui publik niat tersebut, mereka bingung. Apa dan bagaimana justifikasinya,” urainya.
Di sisi lain, kata Haris, justifikasi tersebut nyaris tidak ada karena sebagai kampus atau universitas, Trisakti memiliki sejumlah tanggung jawab. Antara lain mendesak negara menyelesaikam utang reformasi, dalam hal ini penuntasan atau penegakan hukum atas kasus 12 Mei 1998.
Serta tanggung jawab sebagai universitas, yang harusnya menjadi garda dan tuang nalar kenegaraan bagi masyarakat, sambung Haris, bukan menutup diri dalam proses dan tiba-tiba kasih memberi gelar ke presiden tanpa ukuran yang jelas.
“Sebagai alumni dan Dosen FH Usakti sedih, prihatin dan marah, niat dilancarkan tanpa standar motal dan nilai hukum jelas. Apalagi Dies Natalies tahun ini ketuanya Dekan FH Usakti. Kok bisa-bisanya dia luput dengan nilai tersebut,” tegasnya.
Menurutnya, dengan adanya gelar tersebut tak lain karena adanya kekacauan di dalam tubuh Universitas Trisakti itu sendiri. Haris kemudian menyinggung konflik antara yayasan dengan rektorat.
“Konflik bertahun-tahun membuat kualitas universitas menurun, sehingga kampus mencari cara-cara yang pragmatis untuk cari popularitas, dengan memberikan gelar Putra Reformasi ke presiden. Sungguh salah!” geramnya mengakhiri.
Banyak Kasus Masih Mangkrak, Kok Bisa Jokowi Jadi Anak Reformasi
Kalangan aktivis merasa penyematan gelar Putra Reformasi pada Jokowi yang dilakukan Universitas Trisakti kurang tepat.
Aktivis ’98, Faisal Saimima menilai Jokowi tidak pantas mendapat gelar tersebut. Pasalnya, sambung aktivis Forum Kota (Forkot) itu, tidak ada yang istimewa dari Jokowi untuk reformasi.
“Menurut saya nggak pantas, karena apa yang dia lakukan adalah tugas dan tanggung jawab selaku seorang presiden saja. Nggak ada yang istimewa,” ucapnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (22/9).
Menurutnya, Jokowi belum dapat dikatakan Putra Reformasi. Sebab, masih banyak kasus reformasi yang belum tuntas dan masih mangkrak.
“Bagaimana mungkin mau menjadi anak reformasi kalau pengusutan terhadap korban-korban tragedi reformasi enggak dilakukan,” katanya.
Dikutip dari rmol, Dia menyayangkan Universitas Trisakti yang dikenal menjadi salah satu pelopor perubahan dan reformasi justru malah memberikan predikat Putera Reformasi kepada Jokowi.