Nasdem Diprediksi Bakal Mangkrak, Ikutan Hanura Sangsikan Survei Kompas
Nasdem Diprediksi Bakal Mangkrak, Ikutan Hanura Sangsikan Survei Kompas

Nasdem Diprediksi Bakal Mangkrak, Ikutan Hanura Sangsikan Survei Kompas

Dari hasil survei Litbang Kompas, dibandingkan Oktober 2018 lalu, elektabilitas Partai Nasdem cenderung menurun hingga 2,6 persen


JARILANGIT.COM - Sebelumnya, Partai Hanura diprediksi terpental dari Senayan berdasarkan survei Litbang Kompas terkait Pileg 2019. Bahkan menurut Ketua DPP Hanura Inas Nasrullah Zubir, survei Kompas mengakomodasi kepentingan koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Nah, tak mau kalah, kini Nasdem pun sangsikan hasil survei tersebut.

Menurut Pemred Kompas, Ninuk Pambudy, telah memberikan penjelasan soal metodologi hingga hasil survei itu. Kompas menegaskan independen dalam menyelenggarakan survei.

Ninuk menolak survei Litbang Kompas ini dibandingkan dengan lembaga survei lainnya. Dia menjelaskan perbedaannya. Kompas kan bukan lembaga survei, survei yang dilakukan Kompas ini untuk mendukung jurnalis Kompas sehingga menjadi lebih akurat dan presisi.

Perlu diketahui, dalam hasil survei Litbang Kompas, dibandingkan Oktober 2018 lalu, elektabilitas Partai Nasdem cenderung menurun hingga 2,6 persen.

Syarat ambang batas DPR atau parliamentary threshold (PT) untuk Pemilu 2019 adalah 4 persen.

Sekretaris Jenderal Partai Nasdem, Johnny G. Plate meragukan penyebaran sampel responden dalam survei Litbang Kompas.

"Sebarannya ini yang sesuai enggak dengan basis kekuatan partai politik ?" kata Johnny di Media Center DPR, gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Kamis (21/3).

Survei Litbang Kompas digelar pada 22 Februari-5 Maret 2019 dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi Indonesia. Margin of error survei ini plus-minus 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Johnny menduga sebaran responden survei Litbang Kompas condong terkonsentrasi di Pulau Jawa.

"Sebaran kekuatan Nasdem ada di luar Jawa, sedangkan distribusi respondennya banyak di Jawa. Ya pasti hasilnya beda," sangsinya. (rmo/detik/edt]

  26
Pilih sistem komentar sesuai akun anda ▼
Blogger

No comments

» Komentar anda sangat berguna untuk peningkatan mutu artikel
» Terima kasih bagi yang sudah menulis komentar.