Para pengusaha congkak itu, telah kalut dengan kabar kekalahan majikannya. Mereka, berkumpul untuk memperdaya suara-suara kaum marginal, kaum pekerja yang dianggap selalu berada dibawah ketiak mereka.
Mereka, menyerukan mobilisasi suara pekerja, suara kaum buruh yang dianggap ada dibawah kendali mereka, melalui korporasi korporasi yang mereka kuasai, untuk memberikan dukungan penuh pada petahana. Padahal, semua sudah tahu, petahana telah berada diujung usia, sebentar lagi meregang nyawa dan binasa.
Mereka kira, para pengusaha ini yang menghidupkan dan yang mematikan. Yang menjamin rezeki dan membagi hujan. Sehingga, mereka berani mengendalikan aspirasi pekerja, untuk dimobilisasi mendukung petahana.
Ingat ! Setiap rupiah yang menjadi keuntungan Para pengusaha, adalah jerih payah, keringat, darah dan air mata kaum pekerja. Mereka, telah mengambil manfaat tenaga kerja, namun mencoba memaksa mengkanalisasi aspirasi pekerja. Tidak bisa !
Beri tangguh kepada para pengusaha, untuk tetap menjalin hubungan dan kerjasama, mengambil manfaat tenaga kerja dan menunaikan kewajiban membayar upah. Hubungan ini, berjalan diatas manhaj untuk saling memberi manfaat dan saling membutuhkan.
Tapi jika pengusaha itu congkak, memaksa aspirasi agar dilabuhkan kepada petahana. Maka, wahai para pekerja, kaum proletar, kaum revolusioner, ajukan kuasa kepada sang majikan. Tuntut para majikan, untuk membiarkan aspirasi pekerja bebas, atau pengusaha akan kehilangan rupiah, dari setiap jerih payah, Keringat, darah dan air mata para pekerja.
Survei terakhir, membuat para cukong itu belingsetan. Mereka paham, tidak ada jalan lain kecuali menyalagunakan kekuasaan mereka di perusahaan, untuk mengarahkan suara pekerja mendukung petahana. Sampaikan ! Bahwa pekerja adalah aset pengusaha, berani mendeskreditkan aspirasi pekerja, resikonya pengusaha akan kehilangan rupiah dan laba.
Ini bukan sekedar aspirasi, tetapi ikhtiar nyata kaum pekerja, untuk turut serta menumbangkan tirani dan keangkuhan. Rezim zalim ini, begitu congkak terhadap rakyat, menganggap rakyat hanya pelayan dan budak kekuasaan mereka.
Rezim pembohong, ingkar dan khianat ini, wajib diakhiri. Bahkan, jika lebih cepat itu lebih baik. Tidak ada faedah, mempertahankan dusta dan pengkhianatan.
Tenggat apa lagi yang mau diberikan ? Alasan apa lagi yang akan diajukan ? Semua pintu dan jalan pernah diketuk, dibuka lebar, nyatanya isinya tetap dusta dan pengkhianatan. Sekarang, seluruh rakyat wajib menutup pintu rapat dan menguncinya, agar rezim Jaenudin Ngachiro ini tidak datang berkunjung menjual dusta dan pengkhianatan.
Wahai kaum pekerja, bersatulah ! Lawan para Kapitalis itu, lawan antek antek rezim itu, tunjukkan bahwa kaum pekerja bukan budak kekuasaan. Kaum pekerja, memiliki wibawa dan harga diri untuk menentukan aspirasi.
Penulis : Nasrudin Joha
*Kapitalisme atau Kapital adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan memperoleh keuntungan dalam ekonomi pasar. Pemilik modal dalam melakukan usahanya berusaha untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.