Foto pertemuan antara Sultan Hamengkubuwono X dan Ratu Hemas dengan calon presiden Prabowo Subianto di Jogjakarta hari Senin lalu (8/4) tengah menjadi persoalan, atau tepatnya dipersoalkan sejumlah kalangan.
Pihak yang mempersoalkan menilai pertemuan itu tidak bermakna dukungan Sultan HBX pada Prabowo Subianto karena pertemuan digelar di Kompleks Kepatihan Kantor Gubernur DI Jogjakarta, bukan di Keraton.
Dalam kesempatan itu Prabowo didampingi Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, putri Bung Karno yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Rachmawati Soekarnoputri, serta putri Pak Harto, Siti Hediati Heriyadi alias Titiek Soeharto.
Dalam sebuah posting yang beredar di jejaring sosial media, pertemuan Prabowo dengan Sultan HBX itu dibandingkan dengan pertemuan antara Joko Widodo dengan Sultan HBX pada bulan September 2018 di Keraton yang dihadiri oleh keluarga Sultan HBX.
Menurut penulis pesan berjudul “Di Terima Tapi Tidak Diterima” itu setidaknya ada empat hal yang penting untuk dibandingkan, sebagai berikut:
1. Prabowo diterima oleh Gubernur Jogja di Kepatihan (Kantor Gubernur), sedangkan Jokowi diterima oleh Sultan Hamengku Buwono X di Kraton DIY bersama seluruh anggota keluarganya.
2. Prabowo diterima oleh Gubernur Jogja dengan pintu tertutup sedangkan Jokowi diterima oleh Sultan Hamengku Buwono X dengan semua pintu dan jendela terbuka.
3. Prabowo direndahkan di sebelah kiri oleh Gubernur Jogja sementara Jokowi dimuliakan di sebelah kanan oleh Sultan Hamengku Buwono X.
4. Ratu Hemas dan anak-anaknya serta mantunya lengkap menyambut Jokowi dengan pintu terbuka sementara Prabowo disambut dengan pintu tertutup tanpa anak-anak dan mantunya.
Sementara pesan yang beredar belakangan, berjudul “Pinter Tapi Tidak Pinter”, berusaha untuk menjelaskan kekeliruan pihak-pihak yang mempersoalkan pertemuan Prabowo dan Sultan HBX.
Menurut pesan yang juga tidak diketahui siapa penulisnya, Prabowo datang ke Kasultanan Ngayogyakarto Hadiningrat sebagai rakyat biasa yang diterima oleh Sultan.
“Sangat istimewa saat rakyat biasa diterima oleh Sultan Hamengku Bhuwana dalam ruang tertutup. Artinya Prabowo direngkuh dengan hati menjadi keluarga Sultan. Ingat, capres itu bukan presiden,” tulis pesan itu.
Juga disebutkan bahwa Jokowi datang ke Kasultanan Ngayogyakarto Hadiningrat dalam kapasitas sebagai Presiden Republik Indonesia yang posisinya lebih tinggi dari Gubernur DI Jogjakarta.
Si penulis pesan juga mengajak untuk membandingkan ketika Jokowi dalam kapasitas sebagai calon presiden ditemani Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mencoba menemui Sultan HBX beberapa waktu lalu, namun disebutkan ditolak. (Ade Mulyana)