JARILANGIT.COM - Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayjen Sisriadi memastikan ketatnya seleksi yang dilakukan untuk menjaring taruna Akademi Militer. Seleksi tersebut meliputi berbagai penilaian berlapis dari berbagai aspek.
Berkaitan dengan Taruna Akmil, Enzo Zenz Allie yang diterpa isu menganut paham organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia, Sisriadi menegaskan bahwa Enzo Allie telah menjalani ketatnya seleksi sebagaimana taruna lainnya.
Sisriadi menyebutkan bahwa proses seleksi taruna Akademi Militer dilakukan bertingkat. Mulai dari tingkat daerah yaitu di komando distrik militer (kodim) untuk seleksi administrasi serta di tingkat komando resor militer (korem), dan komando daerah militer (kodam) untuk pengujian.
"Pertama administrasi. Mulai dari umur dia tidak boleh kurang dari 18 tahun dan tidak boleh lebih dari 24 tahun," kata Sisriadi.
"Lalu harus ada surat keterangan dokter yang menyatakan dia sehat. Itu harus lengkap dulu suratnya. Kemudian ada tes jasmani, ada tes psikologi, ada tes akademis, kemudian yang paling penting tes mental ideologi," ujarnya.
Sebagaimana dikutip dari situs Penerimaan Calon Taruna Akmil 2019, ad.rekrutmen-tni.mil.id, terdapat berbagai syarat yang harus dipenuhi.
Pertama, syarat umum seperti WNI, berusia minimal 17 tahun 9 bulan, sehat jasmani dan rohani, serta tak punya catatan kriminal.
Ada pula syarat lainnya mengenai lulusan, prestasi sekolah, tinggi badan, belum pernah menikah, dan bersedia menjalani Ikatan Dinas Pertama (IDP) selama 10 tahun.
Aspek penilaian
Materi seleksi terdiri dari beberapa aspek penilaian. Ada tiga tingkat pengecekan atau uji dalam seleksi tersebut, yakni tingkat Sub Panda (panitia daerah), tingkat Panda, dan tingkat Panitia Pusat.
Pada tahapan pertama, para calon taruna menjalani pemeriksaan administrasi, uji kesehatan pertama, dan jasmani.
Untuk pengecekan jasmani, dilakukan tes fisik seperti lari, pull up, renang, dan postur.
Kemudian, pada tahapan Uji Panda, ada juga seleksi administrasi dan kesehatan. Tes kesehatan tahap dua meliputi pemeriksaan urine, darah, dan rontgen.
Selain itu, ada juga tes kesegaran jasmani lengkap, mental ideologi, dan tes psikologi tertulis.
Salah satu hal yang disorot di tahapan ini yakni ideologi calon taruna Akmil.
Sisriadi menjelaskan, tes mental ideologi dilakukan karena TNI tidak ingin kemasukan orang-orang yang berideologi selain Pancasila.
Untuk tes mental ideologi, seleksi dilakukan secara tertulis dan wawancara untuk pendalaman. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa calon tersebut tidak memiliki ideologi selain Pancasila.
Terakhir, di tahapan Uji Panitia Pusat dilakukan tes lanjutan sebagai pengembangan tes di tahap Panda. Diuji juga soal psikologi lapangan, serta tes akademik.
Sebagai penutup, dilakukan pemantauan terakhir atau Pantukhir. Calon taruna Akmil yang sudah sampai babak Pantukhir bisa dikatakan sudah dekat dengan kelulusan.
Tujuannya, untuk memilih calon yang benar-benar memenuhi syarat sekaligus menyisihkan sebagian calon agar sesuai dengan kuota.
*Bayu Galih
Kompas Cyber Media
Foto : Enzo Zenz Allie, calon Taruna Akademi TNI keturunan Prancis, berbaris menuju tempat upacara pembukaan pendidikan dasar kemitraan Caprabhatar Akademi TNI-Akpol Tahun 2019 di Lapangan Sapta Marga, Akademi Militer, Magelang, Selasa (6/8).