Jika dirunut sejak awal, Indonesia telah empat kali dirampok secara besar-besaran yakni 350 tahun penjajahan Belanda, 3.5 penjajahan Jepang, 32 tahun orba, melalui BLBI dan turunannya BPPN.
Perampokan Penjajahan Belanda Selama 350 tahun
Selama 350 tahun, kolonialisme Belanda mengeruk sumber kekayaan alam Indonesia baik perkebunan, rempah-rempah, minyak bumi dan tambang lain.
Baboe mencuci pakaian tentara di Pelabuhan Batavia. 1950. Sumber: Nederlands Fotomuseum |
Perampokan Penjajahan Jepang Selama 3,5 tahun
Tak beda jauh dengan Belanda, Jepangpun menguras kekayan alam Indonesia, bedanya cuma pada waktu yang singkat, namun penjahan Jepang juga merusak mental dan fisik bangsa Indonesia melalui kerja paksa Romusha untuk membantu Jepang.
Kebijakan romusa yang dilancarkan oleh pemerintah Jepang untuk memenangkan perang pasifik ternyata menimbulkan penderitaan–penderitaan yang amat berat bagi sebagian rakyat Indonesia. Semula tugas-tugas yang dibebankan kepada para romusa bersifat sukarela.
Akan tetapi lama kelamaan berubah menjadi kerja paksa yang dinilai lebih kejam daripada kebijakan culturstelsel (semacam kerja paksa) pada zaman penjajahan Belanda.
Romusha adalah panggilan bagi orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di indonesia dari tahun 1942 hingga 1945. Kebanyakan romusha adalah petani, dan sejak Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan para petani menjadi romusha.
Perampokan Penjajahan Ekonomi, Politik Selama Orba (1967-1998)
Selama hampir 32 tahun, praktis negara kita dikuasai oleh kekuatan asing. Itullah yang dikatakan oleh John Pilger maupun John Perkins dan sejarawan Asviwarman.
Selama 32 tahun Bank Dunia, anggota Paris Club, lembaga keuangan menjerat Indonesia dengan utang yang tidak terbayar dengan kebocoran/korupsi lebih kurang 30% dari 128 miliar dollar.
Perampokan BLBI dan BPPN
Jika perampokan pertama didominasi oleh orang asing, maka perampokan selanjutnya justru dilakukan oleh warga Indonesia sendiri, para pejabat negara memberi jargon sok nasionalis dengan mengatakan “melaksanakan amanah rakyat”.
BLBI adalah salah satu sejarah perampokan yang masih dapat kita telusuri dan ikuti secara pasti hingga detik ini
Perampokan uang negara dengan memberi BLBI yang tidak transparan seperti laporan BPK dan penghianatan kepada rakyat Indonesia dengan menyatakan lunas membayar padahal baru membayar setengah dari total utang kepada negara. Begitu juga kasus penjualan bank BPPN dengan sangat murah serta BUMN strategis seperti Indosat.
Hanya dalam waktu satu tahun, Jokowi dan BUMN-BUMN RI telah berutang dengan China sebesar Rp. 850 triliun. Utang pemerintah RI kepada RRC memang tanpa prosedur rumit, namun bunga utang mencapai 2%/tahun, jauh di atas bunga utang kreditur lain yang hanya 0.5-1.0%/tahun.
Utang proyek-proyek BUMN seperti pengadaan armada pesawat Garuda, proyek kereta cepat Bandung-Jakarta, pembangunan bandara, pembangkit listrik, dan lain-lain, yang dominan dari China, dipastikan akan tak mampu dibayar lunas oleh BUMN.
Akibatnya, tunggakan utang ini nantinya akan menjadi pintu masuk bagi RRC untuk menguasai BUMN-BUMN RI. Modal kerja sebesar Rp. 50 triliun utang dari China untuk empat Bank BUMN RI dipastikan akan menjadi akses utama bagi China menguasai bank BUMN RI dalam beberapa tahun ke depan.
Semoga Nasionalisme Bangsa kita Bangkit. Bangkitlah Mental Bangsaku, Bangkitlah Jiwa Bangsaku untuk Berani Menegakkan Keadilan dan Kebenaran.
Berani katakan “Tidak pada Mereka yang Membela Ketidakbenaran! Semoga Indonesiaku Bangkit, Semogat Rakyat Bangkit. Bangunlah secara menyeluruh untuk Kebangkitan Nasional Bangsa Indonesia.