Petani di Jambi Buang Kentang hingga Cabai ke Jalan
Petani di Jambi Buang Kentang hingga Cabai ke Jalan

Petani di Jambi Buang Kentang hingga Cabai ke Jalan

Video viral berdurasi 1 menit ini diawali dengan petani yang tampak kesal hingga membuang hasil panen mereka di jalanan.



JARILANGIT.COM - Nasib petani dan masa depan pertanian Indonesia gelap. Hal ini karena menjadi petani tidak menjamin kehidupan yang makin baik. Para petani sekuat tenaga mendorong anaknya keluar dari sektor pertanian. Di sisi lain tidak ada kebijakan yang benar-benar memihak petani.

video aksi buang kentang, cabai, sayur kol dan bawang merah ke jalanan oleh para petani di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi. Seperti apa faktanya?

Video viral berdurasi 1 menit itu diawali dengan petani yang tampak kesal hingga membuang hasil panen mereka di jalanan. Aksi itu disebut dilakukan pada Sabtu (26/1). Kepala Desa Koto Tengah Sarbutet yang juga berprofesi sebagai petani, membenarkan kejadian itu.

"Harga kentang, cabai merah, sayur kol dan bawang merah sudah sangat murah saat ini. Dan merugikan petani," kata Sarbutet saat dihubungi detikcom, Minggu (27/1/2019).

Mereka melakukan aksi tersebut di Jalan Raya perbatasan Kerinci-Padang, di Kecamatan Kayu Aro, Jambi. Aksi buang hasil panen itu dilakukan sebagai bentuk protes petani karena harga-harga yang jauh merosot sehingga dinilai merugikan para petani.

Harga kentang yang sebelumnya Rp 5.000-Rp 7.000 per kilo, kini disebut merosot menjadi Rp 3.000 per kilo. Kemudian harga cabai merah yang sebelumnya Rp 20 ribu per kilo, kini disebut menjadi Rp 6 ribu per kilo.

Selanjutnya untuk harga sayur kol yang sebelumnya Rp 1.500-2.000 per kilo, kini menjadi Rp 600 per kilonya. Sementara bawang merah yang sebelumnya per kilo 13.000-15.000, kini merosot jadi Rp 7 ribu per kilonya. Harga ini turun disebut karena hasil tani yang melimpah.

"Kita tahu kalau bahan-bahan tani sudah pada melimpah, memang harga murah. Tetapi tidak semurah saat ini, sekarang murahnya jauh betul sehingga merugikan petani sekali. Apalagi rata-rata penduduk Kerinci mayoritasnya petani, yang mengandalkan kebutuhan hidup mereka dengan cara bertani," ujar Sarbutet.

"Kalau begini kan jadi merugikan para petani. Harganya bisa jauh merosot seperti itu. Jangankan untuk dapat untung, untuk balik modal saja susah. Apalagi untuk kebutuhan pupuknya segala macamnya untuk modal tanam awal, tidak seimbang dengan harga panen. Jadi ruginya bisa sampai puluhan juta," lanjutnya.

Sarbutet berharap pemerintah dapat segera mencari solusi terbaik bagi para petani agar tidak merugi saat ini. Anjloknya harga tani itu disebut sudah dirasakan petani sejak 6 bulan terakhir, namun kini para petani melampiaskan kekesalan mereka dengan cara membuang hasil panen mereka ke jalanan sebagai bentuk protes. (gbr/hri/dtk)

 
Pilih sistem komentar sesuai akun anda ▼
Blogger

No comments

» Komentar anda sangat berguna untuk peningkatan mutu artikel
» Terima kasih bagi yang sudah menulis komentar.