JARILANGIT.COM - Pernyataan Eks Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD dalam potongan video yang menyebut provinsi dimana pasangan 02 menang adalah provinsi yang garis keras dalam hal agama berbuntut panjang.
Alhasil, akibat pernyataan itu, twitter Mahfud MD pun ‘diserang’ oleh netizen yang meminta penjelasan terkait pernyataan yang berkesan negatif itu.
Pak Mahfud jangan sembarangan ngomong..— refrizalskb (@refrizalskb) April 27, 2019
Saya tidak terima Sumbar dibilang Islam Garis Keras!!!
Ummat Islam di Sumbar sangat Toleran... https://t.co/DIUX8uHg3A
Kalau dibalik bagaimana,
Siapa2 Pemilih Jokowi ?
Prof Dr MMD yth,
Pak MMD bilang di Jabar, Sumbar, Aceh & Sulsel; Islam Garis Keras se olah2 anti Keberagaman,
Apakah ada di Sumbar Gereja dirusak & dibakar ? Lanjut @refrizalskb
Mahfud pun membeberkan penjelasnnya, salah satunya saat meladeni pertanyaan dari Politkus PKS asal Sumater Barat, Refrizal yang tidak terima dengan pernyataan Mahfud sola provinsi garis keras. Dalam cuitannya, Mahfud menjelaskan bila dalam video itu, ia mengatakan ada kata “dulu” yang tidak dimaknai oleh sebagaian orang dalam pernyataannya yang menyebut provinsi garis keras.
“Pak Refrizal, karena Anda teman saya maka saya jelaskan. Anda belum melihat video yang saya katakan sehingga responnya buru-buru. Anda terprovokasi oleh Said Didu, hahaha? Saya bilang, Pak Jokowi kalah di provinsi yang “dulunya” adalah tempat garis keras dalam keagamaan. Makanya Pak Jokowi perlu rekonsiliasi,” tulis Mahfud, Minggu (28/4).
Mahfud menjelaskan, dirinya mengatakan dulu karena memiliki dua alasan. “Saya katakan DULU-nya karena dua alasan: 1) DULU DI/TII Kartosuwiryo di Jabar, DULU PRRI di Sumbar, DULU GAM di Aceh, DULU DI/TII Kahar Muzakkar di Sulsel. Lht di video ada kata “dulu”. Puluhan tahun terakhir sudah
Alasan kedua, Mahfud mengatakan hal itu karena merasa pernyataannya tersebut merupakan bagian dari informasi sejarah. Dan merasa hal itu tidak salah untuk disampaikan.
“Pak Refrizal, generasi yang lahir sejak tahun 1970-an banyak yang tidak tahu bahwa “dulu” ada itu. Sekarang sih tidak. Dimana salahnya saya mengatakan itu? Itu kan sejarah? Makanya saya usul agar Pak Jokowi merangkul mereka degan rekonsiliasi segera agar pembelahan tidak berlanjut sampai 2024,” paparnya.
@karniilyas Ikut meluruskan pernyataan Mahfud MD
Sekedar meluruskan Prof Mahfud. PRRI/Permesta bukan pemberontakan dg ideologi agama. Pemimpin perlawanan Kol Simbolon (Medan), Letkol A.Husein (Padang), Letkol Ismail Lengah (Riau), Kol Kawilarang dan Lekol V. Samual (Sul-Ut). Tidak ada hubungannya denga daerah Islam garis keras.
Sekedar meluruskan Prof Mahfud. PRRI/Permesta bukan pemberontakan dg ideologi agama. Pemimpin perlawanan Kol Simbolon (Medan), Letkol A.Husein (Padang), Letkol Ismail Lengah (Riau), Kol Kawilarang dan Lekol V. Samual (Sul-Ut). Tidak ada hubungannya denga daerah Islam garis keras. https://t.co/E9NSPtrK04— Karni ilyas (@karniilyas) April 28, 2019