Krisis Berkepanjangan, Sedikitnya Sudah 4 Juta Orang Keluar Venezuela
Krisis Berkepanjangan, Sedikitnya Sudah 4 Juta Orang Keluar Venezuela

Krisis Berkepanjangan, Sedikitnya Sudah 4 Juta Orang Keluar Venezuela

Maduro tetap dilantik sebagai presiden pada Januari lalu meski banyak pihak menganggap pemilu pada Mei 2018 tidak sah karena dianggap hasil dari kecurangan



JARILANGIT.COM - Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, memperingati setahun kemenangan kontroversialnya dalam pemilihan umum di tengah krisis politik dan ekonomi yang terus merongrong negaranya.

Maduro tetap dilantik sebagai presiden pada Januari lalu meski banyak pihak menganggap pemilu pada Mei 2018 tidak sah karena dianggap hasil dari kecurangan hingga memicu pemboikotan dari kubu oposisi.

Dewan pemilu Venezuela saat itu menyatakan Maduro mendapatkan 5,8 juta suara, sementara pesaing terdekatnya, Henri Falcon, hanya meraup 1,8 juta.

Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebanyak empat juta orang asal Venezuela telah meninggalkan negara mereka yang dilanda krisis ekonomi dan kemanusiaan. PBB menyebut, sekitar 700.000 di antaranya meninggalkan Venezuela sejak akhir 2015.

Krisis ekonomi berkepanjangan telah membuat salah satu negara OPEC itu kekurangan makanan pokok dan obat-obatan. Sementara permusuhan politik telah mengarah kepada gelombang kekerasan yang fatal.

Krisis telah semakin memuncak setelah Amerika Serikat memberlakukan berbagai sanksi yang turut menghantam industri perminyakan utama di negara itu. Hal ini dilakukan AS dalam usaha mereka menggulingkan Presiden Nicolas Maduro yang beraliran kiri dan sebaliknya mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido.

"Arus orang-orang yang meninggalkan Venezuela sangat mengejutkan," kata Badan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dalam pernyataan bersama.

Dalam perhitungan PBB sebelumnya, terdapat 3,7 juta orang yang sudah meninggalkan negara itu. Perhitungan baru ini semakin menunjukkan mengkhawatirkan.


Hal ini juga menjadi tanda perlunya bantuan bagi negara-negara yang menampung para pengungsi. Negara-negara Amerika Latin seperti Kolumbia telah menampung 1,3 juta warga Venezuela, disusul Peru, Ekuador, Brazil dan Argentina.

Presiden Peru pada Kamis berjanji akan terus mendeportasi warga negara Venezuela yang memiliki catatan kejahatan. Ini adalah bagian dari sikap tegas negara itu terhadap para migran.

Sebanyak 3,2 juta atau satu dari tiga anak-anak di Venezuela memerlukan bantuan kemanusiaan, kata Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) dalam pernyataan terpisah pada Jumat.

Sebab, tingkat kematian anak-anak balita Venezuela meningkat dua kali lipat. Sebelumnya pada 2010/2011, terdapat 14 per 1.000 kelahiran hidup. Kini angkanya menjadi 31 per 1.000 kelahiran hidup tahun 2017, kata juru bicara UNICEF Christophe Boulierac.

Kondisi politik di Venezuela juga tengah tidak stabil. Belasan negara di seluruh dunia mendukung Guaido sebagai Presiden sementara negara itu. Mereka juga menganggap Maduro mencurangi Pemilu 2018 dan bersikap seperti ditaktor.

Namun, Guaido tidak memiliki cukup dukungan untuk menyingkirkan Maduro. Sebab, Maduro masih memiliki dukungan dari petinggi militer dan menuduh musuh-musuhnya berkomplot dengan Washington untuk melakukan kudeta. Dukugan Trump terhadap Guaido ternyata tak cukup kuat.

April lalu, penulis atas nama ekonom AS Jefferey Sachs dan Mark Weisbrot menyalahkan sanksi ekonomi AS yang menyebabkan lebih banyak petaka dan kematian menghantam mereka yang paling lemah di negara itu. Diperkirakan 40.000 orang tewas pad 2017-2018 akibat sanksi AS itu. (Reuters/eks/edt)

 
Pilih sistem komentar sesuai akun anda ▼
Blogger

No comments

» Komentar anda sangat berguna untuk peningkatan mutu artikel
» Terima kasih bagi yang sudah menulis komentar.