JARILANGIT.COM - Otoritas Rusia untuk wilayah Chechnya pada Jumat, 23 Agustus 2019, meresmikan sebuah masjid yang diklaim sebagai masjid terbesar di Eropa. Masjid itu bernama Prophet Mohammed yang terletak di kota Shali, Chechnya, Rusia, dimana acara peresmiannya dihadiri oleh pejabat tinggi perwakilan negara asing dan masyarakat sekitar.
Dikutip dari themoscowtimes, Sabtu, 24 Agustus 2019, masjid itu berlantai marmer yang bagian dalam masjid mampu menampung lebih dari 30 ribu jamaah dan digambarkan oleh otoritas Chechen sebagai masjid terbesar dan paling indah di Benua Eropa.
The largest mosque in Europe in a pomp-filled ceremony attended by local and foreign officials.
Named after the Prophet Mohammed, the marble-decorated mosque has capacity for more than 30,000 people and has been described by the Chechen authorities as the "largest and most beautiful" mosque in Europe.
Pemimpin Chechen, Ramzan Kadyrov, yang merupakan sekutu Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan Masjid Prophet Mohammed terletak di kota Chechen yang berpenduduk 54 ribu jiwa atau persisnya di luar ibu kota Grozny. Masjid ini memiliki desain yang unik dan ukuran yang megah.
Bagian halaman masjid ditumbuhi oleh bunga-bunga dan ada sejumlah air mancur. Otoritas setempat mengatakan total bagian dalam dan luar masjid bisa menampung 70 ribu jamaah.
Kadyrov sejak ditunjuk oleh Putin pada 2007 untuk memimpin Chechen yang mayoritas penduduknya pemeluk Islam, telah berusaha menghidupkan kebangkitan Islam di Chechen. Upaya yang dilakukannya diantaranya membangun masjid-masjid mewah.
Para pendukung Kadyrov memujinya telah mampu menciptakan ketenangan dan stabilitas di kawasan yang selama bertahun-tahun di rusak oleh pemberontakan. Namun kelompok-kelompok HAM mengkritiknya atas dugaan telah melakukan pelanggaran HAM di kawasan. Tuduhan itu dibantah oleh Kadyrov.
Sebelumnya pada 2008, dia membangun sebuah masjid di kota Grozny yang bernama 'Jantung Chechnya' yang berkapasitas 10 ribu jamaah. Kota Grozny pernah porak-poranda akibat perang antara Moskow dengan sejumlah kelompok separatis setelah pada 1991 Uni Soviet pecah.
Foto : Yelena Afonina / TASS / the moskow times