JARILANGIT.COM - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengakui mengalami defisit Rp1,5 triliun setiap bulan. Defisit terjadi lantaran jumlah iuran yang diterima timpang dari biaya bulanan yang mereka keluarkan.
Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Maya A Rusady mengungkapkan sebenarnya pihaknya mengantongi dana Rp 6 triliun dari iuran peserta per bulan. Tapi, biaya yang harus dikeluarkan tiap bulan mencapai Rp 7,5 triliun.
"Kami dapat Rp6 triliun per bulan dari peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU), pegawai swasta. Kemudian yang dikeluarkan per bulan Rp7,5 triliun. Jadi setiap bulan defisit Rp1,5 triliun," papar Maya, Kamis (5/9).
Berdasarkan hitungannya, jumlah defisit sejak Januari-September 2019 diperkirakan sebesar Rp 9 triliun. Lalu, ada tambahan dari defisit yang ditanggung perusahaan tahun lalu sebesar Rp 9 triliun.
"Belum lagi dari potensi inefisiensi," imbuhnya.
Kalau diakumulasi sejak 2014 hingga Juni 2019, Maya menyebut total biaya yang sudah dikeluarkan BPJS Kesehatan terkait layanan kesehatan sebesar Rp395 triliun. Sementara, hingga akhir tahun lalu tercatat Rp345,75 triliun.
Pengeluaran BPJS Kesehatan sejak 2014 sampai 2018 diklaim lebih rendah dari pendapatan iuran. Tercatat, iuran yang dibayarkan peserta hanya Rp317,04 triliun. Ini artinya ada selisih antara iuran dan biaya yang dikeluarkan sepanjang 2014-2018 sebesar Rp28,71 triliun.
"Dari awal defisit sampai sekarang kami selalu laporan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kementerian Keuangan, dan semua pihak yang memang harus kami laporkan," terang dia. (cnn)