Oleh Narudin Joha
"Banyak, ada 13 kalau nggak salah dipaparkan fakta-faktanya. Rapat terakhir ya, 13. Aktivitas itu antara lain yang saya ingat itu mengenai Bachtiar Nasir; kedua, Kivlan Zen kalau nggak salah; ketiga, Eggi Sudjana, antara lain ya, yang saya ingat; dan juga Amien Rais, dan juga habib siapa itu saya nggak ingat namanya," Romli Atmasasmita, anggota Tim Asistensi Hukum Kemenko Polhukam. (11/5/2019).
Dulu, Romli dan Wiranto sukses menerbitkan Perppu ormas, akibatnya gerakan dakwah Islam HTI dibubarkan. Romli merupakan 'salah satu otak intelektual' dibalik terbitnya Perppu Ormas', sedang Wiranto eksekutornya. Jokowi ? Dia mah cuma tinggal Teken, kadang Ga baca dulu.
Setelah 'sukses' pada debut awal membungkam gerakan Islam, kini duo sejoli ini kembali berlaga. Sekarang, yang disasar bukan ormas atau gerakan Islam. Yang disasar adalah ulama, tokoh, dan aktivis gerakan Islam.
Tidak tanggung-tanggung, sejumlah nama akan digarap berbarengan. Ada Kivlan Zen, Eggi Sudjana, Amien Rais, Bachtiar Nasir, hingga HRS. Tugas Romli membuat bantalan hukum untuk mengeksekusi, sementara Wiranto tinggal mengkoordinasikan rekomendasi Romli cs kepada kepolisian, kejaksaan atau kemenkoinfo. Tergantung kebutuhannya.
Wiranto punya pengalaman pekat dengan 'diktatorisme' di zaman orba. Hanya, dulu cukup dengan bantalan militer, eksekusi bisa langsung dijalankan.
Sekarang era terbuka, militer juga justru mengambil jarak dengan penguasa, kepolisian kehilangan legitimasi untuk menindak. Karenanya, dibutuhkan 'tukang sihir hukum' untuk membuat akrobat agar bisa dijadikan legitimasi bagi kepolisian unjuk menindak tokoh, ulama, dan aktivis Islam.
Rupanya rezim Jokowi tak cukup puas membungkam gerakan Islam, membubarkan ormas Islam. Rezim ini, juga terus memburu para ulama, aktivis, dan tokoh pergerakan Islam.
Alasan klasik pasti akan menjadi dalih : makar. Atau, jika sulit dengan pasal makar, menggunakan pasal hoax atau UU ITE juga bisa. Sebab, UU ITE telah bermuttan menjadi alat represifme di era rezim Jokowi.
Para tokoh dan pakar yang melengkapi 'duet maut' Romli - Wiranto, akan menjadi pihak yang kelak dicatat sejarah, orang orang yang paling hajat. Bukan karena melakukan kejahatan, tetapi karena melegitimasi kejahatan dengan kepakarannya. Bahkan, mendapat bayaran dari aktivitas menjahati ulama, tokoh dan aktivis Islam.
Inikah harta yang mereka bawa pulang ke rumah ? Inikah harta, yang akan menjadi darah dan daging keluarga mereka ? Apakah mereka tidak tahu azab, serta doa dari orang terzalimi yang meminta kemudharatan menimpa mereka dikabulkan Allah SWT ?
Terlebih lagi, mereka menzalimi ulama, tokoh dan aktivis Islam di bulan suci Ramadhan. Ramadhan yang seharusnya menjadi bulan pahala, justru digunakan untuk menumpuk dosa dan melipatgandakan kezaliman.
Ya Allah ya Rabbi, di bulan suci yang diberkahi ini, kami mohon timpakan kebinasaan kepada siapapun yang menzalimi ulama kami. Jadikan kehidupan mereka susah, dan kematian mereka menjadi prasasti sejarah sebagai pelajaran bagi segenap elemen umat dan bangsa, bahwa ujung dari kezaliman adalah duka dan nestapa, Amien yarobbal alamien.