JARILANGIT.COM - Agus Sutomo merupakan alumnus Akademi Militer tahun 1984, ia berasal dari kecabangan infanteri dan cukup lama berkarier di Kopassus.
Agus pernah menjabat berbagai jabatan strategis di TNI AD, di antaranya adalah menjadi Komandan Paspampres pada tahun 2011 sampai 2012, kemudian ia memimpin Kopassus yang bermarkas di Cijantung sebagai Komandan Jenderal Kopassus selama kurang lebih dua tahun dari 2012 hingga 2014.
Selanjutnya ia dimutasikan menjadi Panglima Kodam Jaya, jabatan itu ia pegang dari September 2014 hingga September 2015. (wiki)
Namun saat Pilpres 2019, sang istri dipangil Polisi dengan alasan memasuki pekarangan orang tanpa izin. Secara reflek tentu tak perlu izin lebih dulu karena ia memergoki orang yang diduga akan mencuri kotak suara. Seandainya minta izin dulu dikhawatirkan orang yang diduga akan mencuri keburu lari atau menghilangkan barang bukti.
Kehebohan warganet pun muncul setelah akun Mustofa Nahrawardaya memposting surat panggilan dari polisi yang ditujukan pada istri bekas komandan Kopassus tersebut.
Istri Mantan Danjen Kopasus Letjen Agus Sutomo dipanggil Polisi gara gara memasuki pekarangan tanpa izin, ketika ia memergoki kotak suara yg diduga akan dicuri. Awas, dosa2 kita sedang disisir.
Istri Mantan Danjen Kopasus Letjen Agus Sutomo dipanggil Polisi gara gara memasuki pekarangan tanpa izin, ketika ia memergoki kotak suara yg diduga akan dicuri. Awas, dosa2 kita sedang disisir. pic.twitter.com/lbmZkzeVDL— Mustofa Nahrawardaya (@AkunTofa) 8 Mei 2019
Kekesalan wargaNet atas ulah Polisi
Woi BPN apa mau gini gini aja maen caturnya, kesel sendiri gw lihatnya, seolah2 02 itu tersudut di ring tinju, di pukulin terus dan ga ngelawan. tulis akun @caxra99
Sabar brow apa yang anda rasakan kami semua juga merasakan tersudut oleh pemberitaan media TV , oleh cebong cebong kawan sekitarnya kita yang nyinyir terus sudah merasa menang, kita terus bersama @prabowo @sandiuno kemenangan milik kita sampai titik darah penghabisan. tulis akun@ncenkkurnia
Yg berbuat curang di biarkan, yg ingin mencegah kecurangan malah di periksa? Mbok ya hormat sedikit lah sama Istri Prajurit, apalagi niat Nya mau mengamankan suara rakyat dari pencurian. tulis akun @black__priode
Cerita lama :
Kronologi Penyerangan Lapas :
Tiga hari setelah penganiayaan yang menewaskan Serka Heru Santoso di Hugo's Cafe Yogyakarta pada 19 Maret 2013, Ucok mengajak Serda Sugeng Sumaryanto dan Koptu Kodik untuk mencari pelaku.
Para pelaku penganiaya Heru, berdasarkan informasi yang didapat Ucok, juga diduga merupakan pembacok Sertu Sriyono, anggota Kodim Yogyakarta yang juga mantan anggota Kopassus, sehari setelah kematian Heru.
Informasi itu didapatkan Ucok saat mengikuti pelatihan di Gunung Lawu. Saat di kantin, Jumat (22/3/2013), Ucok bertemu Sertu Tri Juwanto dan mengajaknya serta. Kepada Tri, Ucok juga memintanya mengajak teman-teman mereka yang lain.
Pada hari itu juga, pukul 22.00 WIB, mereka berempat bersama Serda Ikhmawan Suprapto, Sertu Anjar Rahmanto, Sertu Suprapto, Sertu Hermawan Siswoyo, dan Sertu Martinus Roberto berangkat ke Yogyakarta dengan menggunakan mobil Avanza dan APV.
Di Yogyakarta, mereka berputar-putar di kawasan Lempuyangan dan Malioboro untuk mencari kelompok preman yang menganiaya rekan mereka. Saat bertanya kepada warga, mereka mendapat informasi bahwa Deki dkk, pelaku pembunuhan Heru dan penganiayaan Sriyono, berada di Lapas Kelas II B Cebongan, Sleman.
Sesampainya di Lapas, Kodik membagikan tiga senjata AK-47, dua pucuk replika AK-47, dan satu pistol yang semula disimpan di bagian belakang mobil kepada rekan-rekannya. Sekitar pukul 00.00 WIB, gerombolan tentara ini masuk ke area Lapas.
Sewaktu tiba di depan gerbang, Ucok menggedor pintu dan mengaku aparat dari Polda DIY yang ingin mengebom tahanan atas nama Deki dkk. Petugas sipir sempat curiga. Tetapi, karena diancam dengan senjata api, pintu akhirnya dibukakan.
Gerombolan Kopassus kemudian masuk ke dalam bangunan Lapas. Rombongan ini masuk ke lokasi blok penjara menggunakan kotak kunci yang diambil paksa dari Kepala Keamanan Lapas Cebongan. Setelah pintu Blok A5 dibuka, Ucok masuk ke dalam blok, sedangkan dua terdakwa lain berjaga di luar.
Melihat ada kelompok bersenjata masuk dan mencari Deki dkk, 31 tahanan lain memisahkan diri. Sementara kelompok Deki berdiri di sisi kanan. Terdakwa Ucok kemudian menembak Hendrik Angel Sahetapi alias Deki (31), menyusul kemudian Yohanes Juan (38) yang saat itu dalam posisi angkat tangan.
Melihat tahanan lain, Adrianus Candra Galaja alias Dedi (33) berjalan merangkak ke arah selatan, Ucok kembali merentetkan tembakan. Setelah itu, senjata yang digunakan Ucok macet. Dia lantas keluar untuk memperbaiki senjata tersebut bersama Sugeng Sumaryanto, tetapi tetap tidak berhasil. Ucok kemudian bertukar senjata dengan Sugeng.
Setelah menukar senjata, Ucok kembali masuk ke ruang tahanan dan bertanya, "Mana pelaku yang satunya lagi?". Puluhan tahanan lain kembali menyingkir dan menyisakan Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Ade (29) yang berdiri di dekat kamar mandi.
Ade pun ditembak sebanyak tiga kali. Seusai mengeksekusi keempat tahanan itu, para pelaku keluar. Sebagian pulang ke markas Kopassus, sedangkan tiga terdakwa kembali ke tenda latihan di Gunung Lawu. (kompas)
Vonis Cebongan, Kopassus Tetap Bangga pada Ucok Cs
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus Angkatan Darat, Mayor Jenderal Agus Sutomo, mengaku marah sekaligus bangga dengan perbuatan anak buahnya, pelaku penembakan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Serda Ucok Tigor Simbolon cs.
Berikut ini penjelasan Agus ihwal marah dan bangga terhadap pembunuh empat tahanan dengan cara diberondong senjata laras panjang itu.
Pertama, Agus kecewa dengan pelanggaran hukum yang dilakukan mereka. Sebagai komandan, Agus mengklaim tak pernah melatih prajuritnya untuk melanggar hukum. "Bahkan, di Kopassus, dalam kurikulum ada materi menghormati hukum," kata dia kepada wartawan saat ditemui di Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Kementerian Pertahanan, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin, 9 September 2013.
Setelah bertanya lebih dalam sebab musabab Ucok cs melakukan penembakan, Agus baru merasa bangga. Kepada Agus, Ucok mengaku melakukan penembakan untuk menjaga kehormatan satuan Kopassus. (tempo)