JARILANGIT.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pada Rabu (15/5/2019) pagi tertekan sementara para elite sibuk berpolitik dan memikirkan hasil pemilihan umum. Sementara isu bahwa Sri Mulyani Ngarep jadi Menko Ekuin makin santer pada reshuffle pasca Lebaran ini. Kelas menengah dan lingkaran elite Jakarta mengendus, meski ekonomi jeblok dan politik makin gaduh-riuh rendah, Sri Mulyani ngarep jadi menko ekuin. "Gile juga Sri Mulyani, ngarep Menko, meski bau sangit skandal Bank Century," ujar seorang wartawan senior.
Pada pukul 09.00 WIB misalnya, US$1 sudah dibanderol dengan harga Rp 14.500 atau melemah 0,17 persen atau 25 poin dibandingkan posisi rupiah pada penutupan perdagangan kemarin.
“Waduh semua fokus pemerintah terpusat pada pemilu. USD mulai siap meroket nih menuju 15 ribu,” ucap politikus Partai Gerindra, Arief Poyuono di Jakarta.
Dia khawatir daya beli masyarakat akan terus mengalami kemerosotan menyusul meningkatnya dolar. Terlebih, kata dia, saat ini harga komoditas ekspor Indonesia juga terus merosot, terutama pada kwartal pertama.
“Apalagi saat ini harga komoditas ekspor Indonesia terus merosot pada kwartal pertama dan impor pangan besaran saat jelang bulan ramadhan disertai dengan harga makanan dan minuman yang meningkat dalam bulan ramadahan ini. Makin merosot saja daya beli masyarakat jika dolar terus meningkat, yang pasti angka kemiskinan akan terus meningkat,” terang Poyuono.
Dengan kondisi tersebut, kata dia, kebutuhan akan mata uang dolar bakal semakin besar di pasar Indonesia. Apalagi di bulan Mei, sudah saatnya membayar utang luar negeri pemerintah, BUMN dan swasta.
“Keperluan mata USD akan semakin besar di pasar Indonesia di mana bulan Mei ini saatnya bayar utang luar negeri pemerintah, BUMN dan swasta yang mulai jatuh tempo,” kata dia.
“Belum lagi keperluan USD dolar jelang liburan lebaran. Mudah-mudahan USD dolar enggak tembus Rp 15 ribu, kasihan masyarakat,” sambungnya.
Dia menambahkan, pemerintahan Jokowi jangan hanya memikirkan bagaimana menang Pilpres 2019 semata. Sebab, ada hal yang jauh lebih penting dari itu, yakni kondisi perekonomian nasional.
“Gawat ini bisa bisa banyak perusahaan nanti yang gagal bayar THR para pekerja kalau Jokowi cuma mikir gimana caranya menang di Pilpres 2019,” pungkasnya. (eda/k)