JARILANGIT.COM - Ekonom senior, Rizal Ramli menegaskan bahwa perjuangan yang dilakukannya selama ini tidak berorientasi pada jabatan di pemerintahan. Sebab, faktanya anggota Tim Panel Ekonomi PBB itu pernah beberapa kali menolak posisi empuk di pemerintahan.
Pada era pemerintahan Presiden ke-4, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, ternyata Rizal Ramli pernah dua kali menolak jabatan sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menggantikan SB Joedono dan Duta Besar RI di Amerika Serikat yang saat itu dijabat Doradjatun Kuntjoro Jakti.
"Pada tawaran ketiga, saya diminta Gus Dur membenahi Badan Urusan Logistik (Bulog). Tawaran itu saya terima, namun dengan mengajukan syarat hanya selama enam bulan, setelah itu mengundurkan diri. Akhirnya, disepakati Gus Dur, 3 April 2000 saya dilantik menjadi Kabulog menggantikan Jusuf Kalla," kata Rizal Ramli di Jakarta, Rabu (8/5/2019).
Setelah permasalahan di Bulog berhasil dibenahi, Gus Dur, kata Rizal Ramli, meminta dirinya untuk menempati posisi Menko Ekuin pada 23 Agustus 2000, mengingat kondisi perekonomian Indonesia kala itu sedang karut marut.
"Gus Dur kemudian meminta saya menempati posisi Menko Perekonomian untuk membenahi perekonomian Indonesia yang saat itu sedang terpuruk. Alhamdulilah, amanah itu bisa saya jalankan dengan baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari minus 3%, bisa didongkrak menjadi 4,5%, gaji PNS dinaikkan hingga 125% supaya daya beli masyarakat meningkat," tutur Rizal Ramli.
Masih di era pemerintahan Gus Dur, ayah tiga anak ini juga diminta menjadi Menteri Keuangan pada 12 Juni 2001. Kemudian, pada era Pemerintahan Presiden ke-7, Joko Widodo, tepatnya pada 2015, Rizal Ramli pernah juga mengisi salah satu posisi di Kabinet Kerja sebagai Menko Maritim.
Hal itu ternyata pernah ditolak sebelumnya oleh pendiri lembaga think thank Econit tersebut. Namun, ia mengamini permintaan Jokowi, lantaran tersentuh dengan ucapan Jokowi yang menyatakan bahwa rakyat Indonesia yang menginginkan Rizal Ramli untuk kehidupan yang lebih baik.
"Tetapi, kemudian Pak Jokowi memakai gaya Jawa sekali. Dia katakan, 'Mas Rizal, yang minta tolong ini bukan hanya Jokowi yang presiden. Siapa sih saya dibandingkan Mas Rizal dari segi pengalaman dalam dan luar negeri. Yang minta tolong ini tidak hanya saya, tetapi rakyat Indonesia yang ingin hidup lebih bagus'," kata Rizal menirukan perkataan Jokowi saat itu.
Fakta sejarah itulah yang menunjukkan bahwa Rizal Ramli berjuang untuk demokrasi dan anti-KKN sejak 1978, sejak mahasiswa, baik itu di dalam maupun di luar sistem. Hingga hari ini, Rizal Ramli menegaskan bahwa dirinya berjuang agar kedaulatan rakyat direbut kembali dan demokrasi ditegakkan. (beritasatu
)