Seniornya di ITB Pelacur Intelektual, Juniornya Murni Intelektual !
Seniornya di ITB Pelacur Intelektual, Juniornya Murni Intelektual !

Seniornya di ITB Pelacur Intelektual, Juniornya Murni Intelektual !

Sang professor tak melihat bagaimana sistem canggih yang di klaim ciptaanya sekarang hanya jadi sampah ditangan manusia2 culas



Saya terhenyak membaca tulisan seorang professor lulusan ITB yang begitu lantang membully juniornya seorang Hairul Anas yang mungkin berusia 25 tahunan di bawahnya. Dengan begitu pongah dia menuding sang junior pencipta Robot Crawler pencatat keganjilan di Situng KPU (yang telah membuat gerah pihak yang bermain), seolah Hairul Anas ahli IT abal2 dan cuma punya skill secuil.

Saya tidak akan banyak melihat kemampuan teknis, adu otak tentang mainframe IT, kelihaian dalam arsitektur, platform atau hi programming di sini karena klaim si professor bahwa dia barisan pencipta sistem IT di KPU tahun 2003 juga tidak bisa dibantah. Yang menarik di sini adalah soal karakter, manner, adab dan integritas manusia yang mengaku berinteligensi lebih.

Dari sisi kemampuan seorang ilmuan menjaga objektivitas sehingga tidak hanya sekedar jadi tools bahkan pelacur dari kepentingan tanpa peduli kaidah kebenaran.

Sang professor yang mungkin ber IQ tinggi ini lupa, bahwa human aspect dalam kejadian kejanggalan Situng KPU itulah yang amat dominan, dia tak melihat bagaimana sistem canggih ciptaanya sekarang hanya jadi sampah ditangan manusia2 culas, itulah yang jadi penekanan juniornya Hairul Anas. Tak perlu robot IT yang terlalu canggih untuk menunjukkan mental penyelenggara pemilu dan para oknumnya yang juga bermain dengan trik rendahan, langkah Anas ini sudah proporsional. Dalam phillosphi of science, logical aspect ratio sudah terpenuhi. Anda tak perlu senjata secanggih EMP hanya untuk menyemprot sarang kutu busuk.

Rizal Ramli yang juga alumni ITB (angkatan 73) sebelum paparan Hairul Anas sudah sangat clear menyatakan semua kejanggalan pemilu 2019 ini bukan semata lagi engine, bukan System failure, bukan juga Human Error(keliru/silap input dll) tapi sangat tegas aroma Human Order (perintah memanipulasi di semua lini secara sengaja).

Sangat runut Sang Rajawali Ngepret rival SMI ini menjelaskan semua masalahnya sejak penetapan DPT yg ganjil, Kotak suara kardus yg mudah dimusnahkan, tekanan para oknum pejabat dan aparat, money politic yang masif, bubbling suara, lembaga2 survey dan QC yang dibayar untuk mengacau mental dan otak publik, sampai proses penghitungan berjenjang yang tak bisa diterima akal dan norma dasar. Bagi Rizal Ramli, semua modus kecurangan inilah SYSTEMnya, bukan hanya IT apalagi yang sifatnya hanya monitoring hitungan sementara dan bukan konklusi penentu hasil pemilu.

Jadi dengan segala keangkuhan sang proffesor ini jelas dia mungkin lebih ahli di IT tapi karakter ilmuwan pragmatisnya sangat kentara. Bagaimanapun penjelasan njelimetnya soal IT tapi terlihat dia entah sengaja atau terlalu bodoh di posisi membela para creator, aktor dan pion kecurangan.

Dia juga produk ITB tapi rupanya hanya ilmuwan kelas budak yang berkacamata kuda, tak mengerti human being aspect, terlalu dungu untuk melihat karakter2 manusia yang memegang tools yang dia buat.

Bagi saya, Hairul Anas yang masih belia walau hanya dengan Robot Simple ternyata secara total score intelektual jauh diatas sang professor sombong, karena bisa menjaring kejahatan dengan IT ciptaannya dan menelajangi kelakuan aktor2 freakshow kejahatan pemilu di negara demokrasi terbesar di Asia ini.

Ternyata benar, jadi anak ITB itu kalau cuma jenius dan IQ tinggi tidaklah cukup, selain sang professor juga masih ada alumni2 lain yang ikut mencibir usaha ikhlas Hairul Anas untuk negaranya, tapi mereka ini jelas hanya remah2 kecil yang rela otaknya dikencingi kekuasaan. Kelas buzzer pembuat bising yang juga sudah hancur di sosmed.

Dulu saya pernah diskusi dengan seorang guru besar ITB. Anak ITB sejati memang harus punya integritas, idealisme kuat akan kebenaran, dan keberanian melawan angkara sekuat apa pun mereka..

Kita catat hanya orang2 seperti ini yang menonjol dan dicatat sejarah sebagai lulusan ITB dengan tinta tebal, mulai dari Ir.Soekarano hingga sekarang Dr.Rizal Ramli. Lalu terakhir ini mereka2 yang gagah melawan Cukong Reklamasi Jakarta sampai resmi distop Gubernur Baswedan. Luhut si mentri multi urusanpun mundur teratur.

Semoga Hairul2 Anas lain, tidak hanya dari ITB segera muncul di bumi pertiwi. Melibas posisi ilmuwan2 buta hati kelas robot atau mesin prostitusi pencari fulus tapi tidak peduli lagi pada hukum alam terkuat dan paling exact yaitu KEBENARAN!

Prof Dr. M.AD MPsi

(cuma guru ngaji panggilan di UIN)

Beredar kabar di dunia maya pernyataan dari...

Prof Marsudi Kisworo, angkat bicara soal Situng dan Robot Ikhlas. Tak main-main dialah yang menjadi anggota tim dan arsitek Grand Design Sistem Informasi Pemilu 2004 bersama pakar dan praktisi informatika dari ITB, UI dan UGM, serta pihak lainnya.

Beliau adalah alumni Fakultas Teknik Elektro, Jurusan Ilmu Komputer ITB tahun 1978. Guru Besar Ilmu Komputer, certified International Association of Software Architect, certified Security Risk Auditor, certified Data Analyst, Insinyur Profesional Utama (IPU)

 
Pilih sistem komentar sesuai akun anda ▼
Blogger

No comments

» Komentar anda sangat berguna untuk peningkatan mutu artikel
» Terima kasih bagi yang sudah menulis komentar.