JARILANGIT.COM - Pengamat pendidikan Universitas Paramadina Mohammad Abduhzen menilai rencana Menristekdikti Mohamad Nasir mengundang tenaga asing menjadi rektor perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia sebagai mental bangsa terjajah.
Dia berujar ada pola pikir salah kaprah di kalangan pengambil kebijakan bahwa kualitas pengajar asing pasti lebih baik dari pengajar dalam negeri.
"Seperti mentalitas poskolonial, orang yang bekas terjajah, merasa tertinggal. Muncul sindrom untuk mengejar ketertinggalan hanya bisa kalau dengan orang asing," kata Abduhzen saat dihubungi CNN, Rabu (31/7).
Abduhzen menilai strategi ini tak tepat. Pasalnya tak ada jaminan seorang rektor dari luar negeri bisa serta merta mendongkrak performa PTN dan masuk ke jajaran top dunia.
Ia mengingatkan kualitas rektor asing juga beragam. Jika memang ada seorang pengajar asing yang punya kualitas mendongkrak mutu pendidikan PTN, kata dia, pastilah bayarannya mahal.
"Kalau dia memang punya kualitas meningkatkan mutu PTN kita, pasti bayarannya mahal. Kalau yang bayarannya tidak mahal, ya kualitasnya tidak terlalu tinggi. Kalau itu kita juga punya banyak yang lebih hebat," ujarnya.
Abduhzen juga mengatakan tidak tepat jika Menteri Nasir menyamakan kasus Indonesia dengan NTU Singapura yang berhasil masuk jajaran 50 dunia dengan rektor impor.
Menurutnya, pembenahan mutu pendidikan tinggi Indonesia harus bertahap. Hal itu bisa dimulai dengan fokus pada variabel peningkatan mutu pendidikan. Lalu juga bisa dilakukan dengan menaikkan kesejahteraan tenaga pendidik selaras dengan peningkatan kompetensi mereka.
"Kalau serius, pemerintah kan di periode kedua meningkatkan kualitas SDM. Menurut saya, Presiden tongkrongi saja soal pendidikan seperti dia menongkrongi jalan tol. Artinya fokus tercurah kepada SDM melalui pendidikan tinggi," ujarnya.
Sebelumnya, Menristekdikti Mohammad Nasir menggulirkan wacana merekrut tenaga asing untuk rektor di PTN. Hal itu dilakukan berkaca dari NTU Singapura yang merekrut rektor asal Amerika Serikat dan masuk peringkat 50 besar dunia.
"Kamu (rektor asing) bisa tidak tingkatkan rangking perguruan tinggi ini menjadi 200 besar dunia? Setelah itu tercapai, berikutnya 150 besar dunia. Setelah ini 100 besar dunia. Harus seperti itu. Kita tidak bisa targetnya item per item," kata Menteri Nasir dalam siaran pers Kemenristekdikti, dikutip dari laman setkab.go.id, Rabu (31/7).