Untuk Siapa Trio Jenderal Ini Berkorban ?
Untuk Siapa Trio Jenderal Ini Berkorban ?

Untuk Siapa Trio Jenderal Ini Berkorban ?

Pengorbananan Wiranto pasang badan membela Jokowi, hingga mendapat predikat tokoh paling zalim dan anti Islam, demikian juga Hendro juga sama, semakin kontras dianggap musuh Islam



Di era pemerintahan Jokowi kerap terlihat dilayar televisi, media cetak maupun online tiga jenderal yang dianggap mendominasi dalam pertarungan elite politik di kubu Jokowi.

Trio Jenderal tersebut adalah Luhut Binsar Panjaitan (LBP), Hendropriyono dan Wiranto, meski belakangan ini juga sering disebut-sebut nama Moeldoko dalam kancah politik.

Luhut Binsar Panjaitan adalah kader Golkar yang aktif kembali pasca pengaktifan Novanto menjadi Ketum Golkar. Pada periode Ichal, Luhut pernah kena semprit partai.

Hendropriyono, punya mainan partai juga. PKPI, sejak lahir dalam asuhan Hendro, tak tumbuh menjadi partai remaja. Konsisten menjadi partai kecil yang tak pernah punya sejarah lolos Parlementiary Treshold.

Sedangkan Wiranto, dirinya merupakan pendiri sekaligus pengubur sejarah Hanura. Partai Hanura, didirikan Wiranto, pernah eksis di parlemen, dan akhirnya terkubur oleh kejamnya parlementiary treshold.

OSO menyebut, Hanura gagal melaju ke Senayan karena ulah Wiranto.

Tiga Jenderal ini mendukung penuh Jokowi. Namun, nampaknya tiga Jenderal ini tak peduli dengan nasib diri dan partainya.

Jika komposisi pembagian jatah menteri diperhitungkan dari kemampuan partai meraup kursi, jelas PKPI dan Hanura tak kebagian jatah menteri. Sedangkan Golkar, harus melepas Luhut dari jabatan Mensegur (menteri segala urusan), dari kabinet jilid II Jokowi. Suara Golkar juga tak baik saat ini.

Lantas, sebenarnya mereka berjibaku untuk siapa ? Untuk partaikah ? Atau untuk kepentingan pribadi mereka ? Atau justru untuk menjadi korban sejarah ?

Untuk Wiranto, nampaknya karier politiknya sudah the end. Partai TKN jelas akan marah, jika Hanura yang tak lolos parlemen ngotot minta jatah kursi, meski hanya untuk satu menteri. Kecuali, ide Bamsoet tentang membentuk kementrian kebahagiaan untuk bagi bagi jatah, dieksekusi.

Wiranto, Su’ul khatimah secara politik. Pengorbananan Wiranto yang pasang badan membela Jokowi, hingga mendapat predikat tokoh paling zalim dan anti Islam, akan menjadi label diakhir hayatnya. Namun sebenarnya dia berkorban untuk siapa ? Untuk partai, suaranya gurem. Untuk karier, rasanya masa depan Wiranto MADESU.

Hendro juga sama, semakin kontras dianggap musuh Islam. Terutama, karena komentar-komentar ngawurnya terkait tudingan pada ajaran Islam khilafah. Hendro tak beda dengan Wiranto, Jenderal tua, kakek-kakek yang sebenarnya hanya tinggal menunggu giliran dikunjungi malaikat maut.

Adapun Luhut, masih punya mainan bisnis. Namun, jika kedepan kalah trengginas berebut jabatan dengan kader partai lain, baik dari Golkar maupun dari partai lainnya, jelas juga bukan kabar baik.

Bisnis Luhut bisa jadi terancam, sebab bisnis Luhut sangat berkaitan dengan kekuasan. Tanpa izin dari negara, jelas masa depan tambang Luhut juga tak Happy. Boleh jadi, Luhut kalah lincah dengan Erik Tohir.

Jadi, sebenarnya tiga Jendral ini mengorbakan diri berhadapan dengan rakyat, membela penuh kekuasan Jokowi, itu untuk siapa ? Masak tulus untuk Jokowi ? Sedangkan, umur mereka yang makin menua, jelas semakin dekat dengan berakhirnya kontrak kehidupan dari sang Khalik.

Penulis : Nasrudin Joha
  25
Pilih sistem komentar sesuai akun anda ▼
Blogger

No comments

» Komentar anda sangat berguna untuk peningkatan mutu artikel
» Terima kasih bagi yang sudah menulis komentar.