Susahnya Mengoperasikan Pembangkit Listrik 'Made in China'
Susahnya Mengoperasikan Pembangkit Listrik 'Made in China'

Susahnya Mengoperasikan Pembangkit Listrik 'Made in China'

Kebanyakan pembangkit buatan China kurang andal. Maintenance operation manual minim, pakai bahasa China. Bahkan bukan cuma manual, tampilannya juga pakai bahasa China



JARILANGIT.COM - Banjarmasin - PT PLN (Persero) menugaskan salah satu anak usahanya, yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) untuk mengoperasikan dan memelihara pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Pulang Pisau 2 x 60 megawatt (MW) di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah.

Proyek yang merupakan bagian dari Fast Tracking Project (FTP) di masa lalu ini dibangun oleh kontraktor dari China. Mesin-mesin pembangkit listriknya pun 'Made in China'. Harganya memang sangat murah dibanding harga rata-rata PLTU dengan kapasitas 100-an MW, biaya investasinya hanya US$ 1,1 juta per MW, sementara harga rata-rata mencapai US$ 2 juta per MW atau hampir 2 kali lipatnya.

Harga yang murah ini berbanding lurus dengan kualitas. PJB pun harus bekerja ekstra keras dalam menjalankan operasi dan pemeliharaan PLTU Pulang Pisau.

Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Pulang Pisau Kalimantan Tengah Foto: Michael Agustinus

Ini Susahnya Mengoperasikan Pembangkit Listrik 'Made in China'

"Kendalanya (operasi PLTU Pulang Pisau) masalah kualitas produk. Karena harganya murah, hanya US$ 1,1 juta/MW, biasanya US$ 1,8-2 juta/MW," tutur Direktur Utama PJB, Iwan Agung, saat ditemui di PLTU Pulang Pisau, Selasa (20/12/2016).

Agung mencontohkan, boiler dan kondensor PLTU Pulang Pisau sering mengalami kerusakan, seperti halnya pembangkit-pembangkit buatan China lainnya di FTP. Kebanyakan pembangkit buatan China kurang andal, PJB harus melakukan upgrade agar lebih andal.

"Paling banyak (rusak) di boiler, sering bocor. Dinding-dinding pelapis sering pecah sehingga menjadi panas. Kedua kondensor, tiap kali shutdown selalu bocor. Keandalan pembangkit yang diterima dari China biasanya cuma 50%, mesti kita upgrade," ujarnya.

Selain itu, manual untuk petunjuk pengoperasian berjumlah minim dan memakai bahasa China. Begitu juga program-programnya, banyak memakai bahasa China. Tentu para pegawai PJB kesulitan memahaminya.


Ini Susahnya Mengoperasikan Pembangkit Listrik 'Made in China'Foto: Michael Agustinus

"Maintenance operation manual minim, pakai bahasa China. Bahkan bukan cuma manual, tampilannya juga pakai bahasa China," katanya.

Agung juga mengeluhkan kurangnya transfer pengetahuan dari kontraktor-kontraktor China kepada para pekerja Indonesia. Padahal transfer ilmu dan teknologi amat penting agar PJB dapat mengoperasikan pembangkit dengan baik.

Ini Susahnya Mengoperasikan Pembangkit Listrik 'Made in China'Foto: Michael Agustinus


"Mereka kebanyakan transfer knowledge-nya nggak bagus. Mereka bilang operator kita nggak siap, tapi sebenarnya metode-metodenya nggak terstruktur," dia mengungkapkan.

Untuk mengatasi masalah ini, PJB membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) sendiri berdasarkan pengalaman para pekerjanya mengoperasikan pembangkit-pembangkit buatan China.

"Kita banyak mengoperasikan pembangkit China, kita ada pengalaman di berbagai daerah, banyak pengalaman. Kita buat SOP dari pengalaman teman-teman. Dari best practice saja, kita jadikan SOP," pungkasnya. (fd)

Jokowi didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno, Direktur Utama PT PLN Sofyan Basir. dan Gubernur Kalbar Cornelis saat groundbreaking mobile power plant (MPP) di Desa Jungkat, Mempawah, Kalbar, Kamis (2/6/2016). Jokowi juga meresmikan PLTU Ketapang 20 MW. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang.


PLTU Suralaya Juga Bermesin China

PT PLN (persero) telah menyelesaikan pembangunan infrastruktur dan pengoperasian PLTU I Banten-Suralaya selama 54,5 bulan. Hadirnya PLTU yang berlokasi di Merak, Cilegon diyakini akan mampu mencukupi kebutuhan listrik daerah Banten dan sekitarnya.

"Setelah melakukan beberapa tes, dengan mesin buatan China, PLTU ini sebenarnya mampu mencapai 656 MW sehingga mampu memenuhi target yakni 1x625 MW," kata General Manager PT PLN Pembangkit Indramayu, Ria Tri Sakya, dalam peresmian Pengoperasian PLTU I Suralaya, Banten, Rabu (28/12/11).

Dikatakannya, pihaknya juga sudah menandatangani kontrak dengan para investor pemasok batubara selama 20 tahun yang berasal dari Kalimantan dan Sumatera.

Sementara itu Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji, pembangkit PLTU I Banten ini merupakan salah satu proyek interkoneksi listrik Jawa-Bali kapasitas daya pembangkit program listrik 10.000 MW tahap I.

"Pendanaan proyek ini terdiri dari pendanaan PLN dan melalui buyer credit, dengan biaya investasi sebesar US$ 368 dan Rp 1 triliun. Bank yang membiayai proyek ini adalah CEXIM Bank untuk pendanaan valas dan porsi rupiah oleh Bank Mega," ungkap Nur Pamudji.

Selain itu, kata Pamudji, PLTU I Banten-Suralaya ini akan memakan konsumsi batubara sebesar kurang lebih 2,9 juta ton per tahun, ekuivalen 1,2 juta kilo liter BBM pertahun.

"Nantinya PLTU ini akan memberikan penghematan sebesar Rp 7,5 triliun per tahun," tandas Pamudji.

Nuansa Tiongkok di PLTU Celukan Bawang


Pekerja Indonesia Sama Sekali Tak Tampak Saat Peresmian PLTU Celukan Bawang
Dikutip dari Trubunbali, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang di Buleleng, Bali, resmi beroperasi

Namun acara peresmian yang bertajuk Completion and Production PLTU Celukan Bawang itu sama sekali tidak melibatkan pekerja asal Indonesia.

Keseluruhan merupakan Warga Negara Asing (WNA) asal Tiongkok.

Bahkan, petugas pemeriksa para tamu undangan merupakan pekerja asal Tiongkok.
Nuansa Tiongkok sangat terasa selama pelaksanaan acara tersebut. Sejumlah petinggi investor China Huadian Engineering Co Ltd (CHEC) ketika menyampaikan sambutan menggunakan bahasa Mandarin.

 
Pilih sistem komentar sesuai akun anda ▼
Blogger

No comments

» Komentar anda sangat berguna untuk peningkatan mutu artikel
» Terima kasih bagi yang sudah menulis komentar.