Bukan Cuma Emas, Ini Harta Karun Triliunan Rupiah di Papua
Bukan Cuma Emas, Ini Harta Karun Triliunan Rupiah di Papua

Bukan Cuma Emas, Ini Harta Karun Triliunan Rupiah di Papua

Tanah Papua memang diberkahi dengan berbagai potensi alam luar biasa. Tidak hanya emas di Jayapura, tetapi juga gas alam cair, di Teluk Bintuni, Papua Barat.



JARILANGIT.COM - Perusahaan afiliasinya BP Berau Ltd mengoperasikan proyek Tangguh LNG. Dilansir dari keterangan resmi perusahaan, Tangguh LNG merupakan suatu pengembangan unitisasi dari enam lapangan gas terunitisasi.

Anak perusahaan lain milik BP yang juga berperan dalam pengembangan Tangguh LNG ini adalah BP Muturi Holdings B.V., BP Wiriagar Ltd. dan Wiriagar Overseas Ltd, sehingga membuat BP memiliki 40,22% kepesertaan di Tangguh LNG.

Mitra-mitra kerja lainnya:

MI Berau B.V. (16.30%)
CNOOC Muturi Ltd. (13.90%)
Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd. (12.23%)
KG Berau Petroleum Ltd (8.56%)
KG Wiriagar Petroleum Ltd. (1.44%)
Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc. (7.35%)

Cadangan gas di Teluk Bintuni tersebut ditemukan pada pertengahan tahun 1990-an oleh Atlantic Richfield Co (ARCO).

Tangguh mulai berproduksi pada 2009, hanya empat tahun setelah memperoleh persetujuan dari Pemerintah.

Saat ini, sudah ada 2 unit (train) LNG Tangguh yang beroperasi, dengan total kapasitas 7,6 juta ton per tahun (MTPA), dan memasok kebutuhan LNG di Indonesia.

Kini Tangguh beroperasi sesuai kapasitas terpasangnya, dan pekerjaan sedang berlangsung untuk mengembangkan Tangguh dengan penambahan satu kilang LNG baru, yakni Train 3. Dengan adanya Train 3, maka akan ada penambahan produksi LNG sebesar 3,8 MTPA.

Train 3, sudah dimasukkan dalam Proyek Strategis Nasional, sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) 58/2017.

Keputusan investasi final (final investment decision/FID) untuk proyek Train 3 Tangguh telah disetujui sejak 2016 lalu. Nilai investasinya untuk proyek ini mencapai US$ 8 miliar.

Nantinya, 75% dari hasil produksi Train 3, akan dialokasikan untuk pasar domestik.

Namun, penyelesaian proyek Train 3 terpaksa harus mengalami penundaan, yang tadinya ditargetkan rampung di 2020 molor ke 2021. Pengerjaan proyek sampai saat ini baru mencapai 60%.

Head of Country BP Indonesia Moektianto Soeryowibowo mengatakan, pihaknya telah memperkerjakan 10 ribu pekerja proyek yang ada di lapangan agar dapat mempercepat proses pengerjaan proyek.

"Sekarang kan sudah konstruksi, kan sudah macam-macam tuh sekarang, saya sendiri tidak hafal, tapi presentase sudah lebih 60%. Kan ada yang onshore, ada juga offshore. Nah yang offshore sudah hampir 100%, tinggal onshore-nya saja," ujar Moektianto ketika dijumpai dalam gelaran Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention & Exhibition, Jakarta, Kamis (5/9/2019).

Ia mengakui, pengerjaan proyek ini sempat mengalami keterlambatan, karena sejumlah faktor, dan menyebabkan jadwal perampungan proyek ini ikut mundur, dari yang semestinya di selesai pada 2020 menjadi 2021.

"2021, itu mundur dengan jadwal terbaru, karena ada beberapa penyebab, seperti yang sudah dijelaskan SKK Migas dan sekarang kami fokus untuk mendeliver dengan jadwal yang baru," imbuhnya.

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan, Proyek Strategis Nasional (PSN) Train 3 Kilang Tangguh molor setahun menjadi kuartal III-2021, dari target awal operasi pada kuartal III-2020.

"Tangguh ada keterlambatan," kata Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto. dalam paparan kinerja hulu migas semester I-2019, di Jakarta, Jumat (19/7/2019).

Hadir dalam kesempatan yang sama, Deputi Operasi SKK Migas, Fatar Yani Abdurrahman, menjelaskan ada sejumlah faktor yang membuat proyek Kilang Tangguh ini terlambat hingga 2021.

"Ada keterlambatan pengiriman material, sebab material untuk proyek yang berlokasi di Papua ini berasal dari Sulawesi dan Jawa. Seperti diketahui, ada gempa dan tsunami di Palu serta erupsi anak Gunung Krakatau yang membuat pasokan materialnya terlambat," jelas Fatar.

"Agregat batu pondasi sipil tidak hanya Papua, ada dari Sulawesi lalu sebagian Jawa. Saat gempa Palu itu pasokan agregat batu-batuan terhambat juga cukup lama. Kemudian kejadian anak Krakatau menyebabkan keterlambatan material," tambahnya. (hor)
 
Pilih sistem komentar sesuai akun anda ▼
Blogger

No comments

» Komentar anda sangat berguna untuk peningkatan mutu artikel
» Terima kasih bagi yang sudah menulis komentar.