Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri telah resmi memberikan mandat kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Jokowi untuk maju berkompetisi menjadi kandidat presiden di pemilu 2014. Jokowi mendeklarasikan pencapresannya di Rumah Pitung, Marunda, Jakarta Utara, Jumat siang, 14 Maret 2014.
Tentu saja pendeklarasian Gubernur DKI Jakarta, Joko Jokowi memicu kritik banyak pihak, karena Jokowi dianggap plin-plan dan tidak konsisten terhadap tanggung jawab yang diembannya sebagai Gubernur Jakarta. Jokowi saat itu berjanji akan mengemban tugas selama satu periode (lima tahun) untuk memimpin Ibu Kota Jakarta jika terpilih menjadi gubernur.
Ada 19 janji Jokowi saat kampanye pemilihan gubernur DKI Jakarta dulu, seperti yang dimuat oleh situs resmi Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tertanggal 24 September 2012. Situs ini memuat hasil catatan (janji Jokowi) dari Harian Terbit selama berkampanye. Salah satu janji Jokowi yang tertera pada urutan ke 8, adalah: Akan memimpin Jakarta selama lima tahun. Tidak menjadi kutu loncat dengan mengikuti Pemilu 2014 (Pilpres). (Jumpa pers di rumah Megawati Soekarnoputri, 20 September 2012).
Namun janji tinggallah janji. Jokowi ternyata menerima mandat yang diberikan kepadanya untuk menjadi calon presiden dari partai PDIP. Jokowi mengingkari semua janjinya yang dia ucapkan dulu. Jokowi dinilai tidak konsisten sebagai seorang pemimpin. Jokowi pun dinilai pintar dalam memainkan sandiwara politik dan membohongi warga Ibu Kota yang telah memilihnya.
Politisi PDI-P yang menjadi Gubernur DKI Jakarta telah menyatakan siap dirinya maju menjadi calon presiden. “Saya telah mendapatkan mandat dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk jadi capres. Dengan mengucap bismillah, saya siap melaksanakan”, kata Jokowi, Jumat 14 Maret 2014.
Sebelumnya Jokowi selalu mengatakan tidak akan nyapres dan berdalih masih mengurus Jakarta. Dengan maju sebagai Capres disaat baru menjabat sekitar 1,5 tahun, Jokowi telah menipu rakyat Jakarta pada Pilgub DKI lalu.
“PEMIMPIN YANG BAIK HARUS BISA BERJANJI DAN MENEPATI JANJINYA. PEMIMPIN YANG BURUK ADALAH YANG TIDAK PUNYA JANJI KEPADA PUBLIK, ATAU YANG `INGKAR ATAS JANJINYA`…”
Apalagi segudang janji pernah digulirkan Jokowi secara terbuka saat membidik jabatan Gubernur DKI, kepada publik di berbagai tempat pada saat kampanye Pilgub, sebagian besar diantaranya belum direalisasikan atau bahkan belum dimulai direalisasi sama sekali hingga saat ini.
Janji-janji yang belum direalisasikan antara lain membenahi birokrasi agar pemerintahan berjalan bersih, transparan dan profesional, janji membangun Mal PKL, ruang publik dan revitalisasi pasar tradisional sehingga tidak mengganggu pengguna jalan, janji membangun kebudayaan warga kota berbasis komunitas, janji merevitalisasi dan melengkapi fasilitas kawasan Old Batavia. Selain itu Jokowi juga belum menunjukkan keberhasilan dalam menangani dua permasalahan paling serius di DKI Jakarta yaitu banjir dan macet.
Kuantitas dan kualitas kebijakan Jokowi masih belum bisa diketahui. Sangat mungkin malah akan mengecewakan rakyat Indonesia yang sudah memberikannya terlalu banyak harapan untuk perubahan dan melaksanakan agenda reformasi. Masyarakat harus lebih kritis terhadap Jokowi. Apa lagi yang akan dijanjikannya ? Jadi Gubernur aja meleset janjinya, gimana jadi Presiden??..
Fenomena ini mengingatkan kita kembali pada tahun 2004, saat rakyat mengelu-elukan SBY, karena dianggap sosok pembaharu dengan konsep menumpaskan korupsi, rakyat pun terbuai janji dan para pengusaha berbondong-bondong mendukung partai SBY, namun ternyata koruptor semakin berjubel di negeri ini.
Sekarang akankah kita bakal termakan janji manis kembali? Terbuai angan seandainya Jokowi adalah tokoh capres yang bisa merubah nasib rakyat Indonesia? Ataukah rakyat akan kembali tenggelam dalam manisnya janji politik, yang semu dan tak pernah terwujud. Sungguh miris nasib rakyat di negeri ini, selalu menjadi korban permainan para politikus kotor. (konfrontasi)
Tonton videonya